Di siang yang mendung Arkana masih di sibukkan dengan pelariannya di tengah hutan dengan beragam kejutan yang menunggunya.
Di siang itu pula merupakan hari ke 7 arkana terdampar di tempat aneh itu, tempat yang di kelilingi hutan hijau nan lebat namun menyimpan kengerian yang luar biasa, yang tak akan pernah bisa terbayangkan oleh akal sehat manusia,
Arkana terperosok dan terpisah dari teman senasip dan seperjuanganya yang baru beberapa hari di kenalnya dan sekarang ia sendirian, tanpa tau nasib dari ke 7 teman yang di kenalnya, apakah hanya dia yang selamat ataukah mereka masih hidup dan menghawatirkan dirinya.
Terdampar di desa itu adalah sebuah kesalahan yang paling ia sesali di sepanjang hidupnya yang menginjak 23 tahun ini, kesalahan yang sengaja di buat oleh kekasihnya yang berakibat fatal bagi hidup dan mati arkana saat ini yang tengah di pertaruhkan.
Hidup arkana di sini di anggap sebagai permainan bagi para penganut aliran sesat yang bernama sekte "Abdi, "
Arkana terjebak Di desa yang tak pernah ia dengar dan datangi sebelumnya, desa mistis yang tak ada di peta ataupun terdaftar di google map, desa dengan beragam teka teki dan menyimpan banyak rahasia yang sedikit demi sedikit mulai terkuak.
"Sial kenapa dari kemarin tak ada signal, " arkana menggerutu kesal sambil mengacungkan ponselnya ke atas, dengan menggoyang goyangkan nya ke kanan dan kiri, mengayunkanya ke depan dan belakang, serta mengetuk ngetuk layar ponselnya.
Arkana semakin kesal karena pelariannya di tengah hutan selama hampir 8 jam tak kunjung menemukan jalan terang untuk kembali pulang.
Dan saat mengecek kembali ponselnya yang tersisa 25 persen baterai namun tak kunjung mendapati signal membuatnya semakin gelisah bercampur marah.
Sudah hampir 8 jam lamanya arkana berlarian di tengah hutan, rasa lapar dan kantuk perlahan mulai mengalahkan tekatnya untuk tetap hidup, arkana telah hampir menyerah dan pasrah akan nasibnya yang harus mati di tempat antah berantah itu.
Arkana sejenak berhenti dan bersandar di bawah pohon, arkana melihat ke sekeliling dan meyakinkan dirinya sudah berlari jauh melewati hutan dan mungkin tinggal sebentar lagi dia akan keluar dari hutan itu,
Arkana mulai menata nafasnya yang tersengal sengal, badanya di penuhi tanah dan beberapa lumpur yang menempel di wajahnya,
arkana memanjat pohon dan berharap mendapatkan signal untuk menelfon polisi atau sekedar menelfon keluarganya yang sebenarnya tak pernah ia simpan di kontak ponselnya.
Namun saat sampai di atas pohon ia tak mendapati signal satupun.
"kruukk.. Kruuukkk!!!, " perut arkana berbunyi karena lapar, karena sejak kemarin tidak terisi makanan apapun.
Arkan menekan perutnya yang bahkan tak bisa kompromi dalam kondisi ini, matanya pun sudah sangat lelah, di tambah arkana merasakan ngilu di sekujur tubuhnya.
Namun arkana mendadak mengumpat dalam hati sesaat setelah turun dari pohon yang ia panjat, karena tak mungkin jika arkana mengumpat dengan keras di sela sela pelarianya.
"Sial!!!, jadi dari tadi gue cuman berputar putar di sini, " arkana mengenali pohon itu.