Desperate Humans

Oleh: ArtFenTour

Blurb

Aku selalu tertarik dengan cerita-cerita yang dikemas dengan matang. Maksudku, apa yang penulis beberkan dalam setiap paragraf merupakan hal yang dipikirkan, dianalisa, dan disesuaikan dengan tema cerita yang mereka bawa.

Aku mau jadi salah satu dari mereka, hanya saja. Temanku tadi sore bilang naskahku seperti sampah.

Ah, sial. Aku tidak mau membunuh orang lagi.

Dua puluh dua tahun dan menganggur! Rasanya wajar berandai-andai punya hidup semudah karakter utama sebuah novel yang visualnya dijabarkan secantik Dewi Aphrodite dan dikejar laki-laki dengan pekerjaan CEO, Direktur perusahaan, anak orang kaya, putra tunggal gerbong narkoba, atau yang lebih ekstrim psikopat.

Seburuk apa pun hidup yang dilalui, segala hal akan tampak menyenangkan. Bermodal menumpahkan kopi ke salah satu pelanggan cafe dan berakhir di ranjangnya. Sedikit drama khas ftv dan boom! Hidup berubah bak putri raja. Apa-apa dilayani.

Aku menatap langit-langit kamar kos dan kembali di sapa insomnia. Deadline yang mengejar seperti penagih hutang membuat rasa kantuk sirna, tetapi dasar otak kolot! Aku kehilangan ideku, kemana mereka semua pergi. Sial.

Merangkak menuju laptop lima jutaan yang kubiarkan menyala sampai mati. Aku menekan tombol spasi dan benda persegi empat yang mendukung perekonomianku meski sedikit itu pun menyala.

Ah, baru empat paragraf! Apa-apaan. Aku dari tadi ngapain sih? Kulihat asbak di samping kasurku dan mulai paham. Oh, aku dari tadi cuma merokok saja.

Kebiasaan yang buruk, apalagi bagi seorang perempuan ramah sepertiku. Merokok jelas perbuatan yang menyimbolkan kenakalan, tapi sumpah Demi Tuhan, aku adalah perempuan baik yang mencandukan hal yang tidak baik bagi pulmo kembarku. Hanya itu!

Ancaman terkena kanker dan serangan jantung sudah jelas menghantui. Tak peduli jenis kelaminnya. Tambahan menjadi impoten kalau si pelaku adalah laki-laki.

Nanti dulu soal merokok. Sekarang, apa yang harus kukatakan pada editorku atas keterlambatan naskah yang seharusnya sudah siap jam satu siang besok. Beralasan terkena demam? Kloning medusa itu pasti tidak akan percaya.

Aku menghela nafas dan kembali mencoba menuliskan sesuatu. Dan inilah yang kutulis, sebuah kisah tentang manusia putus asa.

Lihat selengkapnya