"Mama..." teriak Luna cedal lalu memeluk kaki Kira. Kira berjongkok dan menggendong Luna.
"Kenapa sayang? Kok lari-lari nanti jatuh" ucap Kira lembut sambil mengusap-usap peluh di wajah Luna.
"Mama kenapa baru pulang, Luna sudah gak betah di sini. Ayo pulang Mama" rajuk Luna kemudian menyenderkan kepalanya di pundak Kira.
Seorang perempuan lalu keluar dari dalam rumah kayu yang bisa di bilang cukup mewah itu.
"Baru pulang Kir, anak kamu dari tadi rewel minta pulang. Aku kewalahan menghadapinya" keluh Santi sahabat saat Kira sedari kecil dulu.
Kira tersenyum "Makasih ya udah jagain anak aku, kalau tadi aku gak lembur dulu pasti sudah pulang dari tadi. Mungkin dia mengantuk" sahut Kira kemudian membelai surai Luna lembut.
"Masuk dulu tadi pembantu ku sudah masak, kita makan sama-sama. Suami ku hari ini ke luar kota, aku pasti nanti makan sendiri" pinta Santi lagi.
Kira mengangguk mensentujui permintaan Santi, dia pun masuk ke dalam rumah sambil menggendong Luna. Sepertinya gadis kecilnya itu sudah tertidur. Setiap harinya Luna dia titipkan di tempat Santi, kebetulan sahabatnya sedari kecil itu tidak memiliki anak. Padahal usia pernikahannya sudah hampir menginjak 5 tahun. Kira harus bekerja di sebuah toko kue untuk menghidupi Luna, Kira seorang orang tua tunggal. Beruntungnya Santi perempuan yang sabar maka Luna pun cepat beradaptasi dengan Santi. Kira meletakkan Luna yang sudah tertidur di sofa ruang tengah, lalu mereka berjalan ke meja makan bersama.
"Makan Kir, ambil yang kamu mau. Hari ini aku masak banyak sengaja supaya kamu gak perlu masak lagi sampai rumah. Nanti biar pembantu ku bungkusin ya" ucap Santi lalu kemudian menyuapkan sesuap makanan ke mulutnya.
"Makasih ya San, lo memang sahabat gue paling the best" sahut Kira lalu mengambil secentong nasi ke piringnya.