Destin

Rizka Ayu
Chapter #3

°° Dihukum °°

Jam sudah menunjukan pukul 7 lewat 10 menit. Namun tanda-tanda seorang laki-laki akan datang ke kelas tidak ada.

"Si bos kemana sih?" tanya seorang laki-laki dengan tampilan yang sedikit gondrong. Dia adalah Cakra Birawa Rafael. Cakra adalah orang yang sedikit gesrek dan selalu tersenyum. Ia mempunyai body yang cukup profesional.

"Telat palingan," jawab seorang laki-laki berada di dekat Cakra yang sedang fokus dengan ponselnya. Dia adalah Nathan Ardhani. Nathan adalah teman Cakra yang cool, selalu menjadi penasihat dan dia juga yang tidak gila. Tapi jika penyakitnya kambuh dia akan melebihi Cakra.

"Tumbenan," ujar Cakra. Ia masih sibuk melihat ke arah pintu untuk melihat Luthfi datang atau tidak.

"Heh kutu kupret," panggil seorang perempuan yang berada di kursi depan kepada Cakra. Siapa lagi jika bukan, Aulia Jacinda teman Ayu.

"Apaan si kecoa terbang," ucap Cakra kepada Aulia dengan sama-sama memanggil panggilan yang aneh menurut teman-temannya.

Memang, Aulia dan Cakra seperti Tom and Jerry. Dimana ada Cakra pasti ada Aulia, begitu juga sebaliknya. Aulia dan Cakra terkenal dengan segala kerusuhannya.

Ada beberapa orang yang mengatakan jika mereka memiliki hubungan. Namun, siapa yang tahu jika Aulia sudah mempunyai hubungan dengan orang lain.

Dan juga, Cakra selalu ada untuk Aulia di saat Aulia sedang down. Dia selalu menghibur Aulia jika Aulia sedang bertengkar dengan sang kekasih.

"Luthfi kemana?" tanya Aulia.

"Kagak tau bukan emaknya," kata Cakra. Cakra melihat kekesalan pada raut wajah Aulia. Buru-buru ia tersenyum manis untuk menghilangkan rasa kesal Aulia.

"Serius elah!" tegas Aulia kepada Cakra yang masih tersenyum ke arahnya

"Gue liat dia di lapang. Di hukum karena telat gara-gara nganter ceweknya," ucap salah satu siswa yang bernama Devi.

"Hah?!"

"Si bos udah jadian sama si Lara?" tanya Cakra kepada Nathan yang Dari tadi masih fokus dengan ponselnya.

"Gue denger sih bukan Lara, soalnya kan Lara satu sekolah. Nah, Luthfi bilang bukan sekolah di sini jadi dia telat," ucap Devi lalu duduk di kursinya dekat Aulia.

Saat Cakra ingin bertanya kepada Devi tentang apa yang selanjutnya terjadi dengan Luthfi.

"Selamat Pagi anak-anak!" sapa bu Gladys aka guru Biologi.

"Kita sidang nanti," ucap Nathael kepada Cakra.

"Oke."

Di lapang basket outdoor terlihat dua orang laki-laki yang berbeda generasi. Yang satu paruh baya dan yang satu muda. Mereka adalah Pak Bambang dan Luthfi.

Pak Bambang dengan perut buncitnya, kepala botak dan kumis yang memenuhi bagian bawah hidungnya. Dan selalu membawa penggaris kayu dengan panjang 50 cm.

Luthfi Gilang Lazuardi. Laki-laki dengan tubuh profesional. Tinggi, berotot, dan wajah bak dewa. Kemampuan dalam bidang basket dan suka bermain gitar. Namun, ia juga suka akan berkelahi.

Luthfi juga memiliki sifat yang ramah jika orang itu sudah dianggap teman, dan baik untuk semua orang. Luthfi memiliki senyum yang manis. Tidak suka akan perempuan yang selalu mengejarnya. Selalu menunjukkan wajah dingin jika bertemu dengan musuhnya.

Ya! Luthfi adalah laki-laki yang sering Ayu temui beberapa hari terakhir ini. Entah kenapa, ia juga heran. Mungkin mereka berdua berpikir ini adalah sebuah kebetulan. Balik ke cerita.

Saat ini pada teriknya pagi hari, Luthfi harus terkena hukuman. Ia telat datang ke sekolah, padahal hanya telat 10 menit saja. Namun, berbagai pertanyaan yang pak Bambang berikan. Dan dirinya harus hormat dibawah teriknya mentari pagi.

Lihat selengkapnya