Destiny

Reva Lenathea
Chapter #5

Prosedur Eksekusi Mati

"Anjir, gg banget, mas" Begitulah kekaguman Thom pada Adams yang menunjukkan kemampuannya bermain game.

Thom sama sekali tidak mengerti bahwa sedang ada pembicaraan amat serius yang mungkin bisa membuat ia selama-lamanya tidak akan pernah melihat lagi kakaknya, bukan hanya di dunia, sebab eksekusi mati yang dijelaskan oleh Adams adalah selama-lamanya, kematian yang benar-benar kematian, dari ada menjadi tidak ada.

Maya menujukkan raut wajah yang resah seolah tak terima, Todd nampak memendam amarah serta gelisah, Trilia agak bingung dengan sikap ayah kandung dan ibu tirinya tersebut sedangkan Gray berdiri di pojokan sambil menangis.

"Hei, itu kan memang salahku. Seseorang melakukan kesalahan memang seharusnya dihukum 'kan?"

Kata-kata penghiburan dari Andrey itu tidak serta-merta membuat suasana berubah, sejak mendengar tentang siapa Andrey dan apa yang wajib menimpa dirinya semua merasa terpuruk kecuali Andrey sendiri.

Awalnya Andrey pun begitu, tapi perlahan-lahan rasa terpuruknya terkikis oleh ideologinya bahwa setiap individu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

"Kau ini sosiopat ya, Drey! Kamu gak takut kamu musnah selamanya!? Gak ngerasain apa-apa lagi!" Gray yang pipinya masih basah dengan air mata heran dengan Andrey yang biasa-biasa saja.

"Bukannya atheis juga seperti itu 'kan?" Andrey berusaha menenangkan semuanya bahwa mati yang benar-benar mati itu tidak semenakutkan yang semua kira.

"Kita bukan atheis dan tentu beda maknanya!" Gray membantah pendapat Andrey.

"Kami menyebutnya tidur abadi." Ucap Adams tiba-tiba setelah menyelesaikan game dan menyerahkan handphone pada pria yang sifatnya masih seperti anak-anak, Thom.

Sedang Thom sendiri terkagum-kagum dengan permainan game Adams yang sempurna, ia menganga seolah tak percaya.

"Wah. Kak Asam hebat!" Puji Thom.

"Aku Adams, bukan Asam!" Adams merengek tak terima namanya salah disebut, hanya Andrey yang tertawa, sedang yang lain tak satupun tertawa dengan momen salah panggil dari Thom pada Adams tersebut.

Suasana hening beberapa saat, lalu Andrey memecah kesunyian, sebuah pernyataan yang akan membuat Todd melakukan langkah ektrim karena sayangnya seorang ayah pada anak.

"Bagaimana kalau diantara kalian disini salah satunya membunuhku." Kata-kata Andrey itu mengejutkan yang ada di ruangan terkecuali Thom yang sedang ada di dunianya sendiri.

"Kau ini gak mikirin perasaan kami sama sekali apa!?" Gray membentak, bersamaan dengan itu Maya pun menampar Andrey, sedang Todd terdiam menunduk, ia sedang memikirkan sesuatu, emosinya makin tak stabil.

"Yang penting aku mati "kan? Dan semua selesai. Aku gak papa, kok." Andrey mencoba menjelaskan rencananya.

Andrey berkata seperti itu sebenarnya adalah bagian dari rasa depresinya yang menumpuk selama ini, baik dari orang tua maupun kakak kandung dan adik tiri, juga ibu tirinya yang akan terungkap di bab-bab selanjutnya.

Rasa depresinya tersebut menumpuk dari rasa bersalah, amarah, kekecewaan, penyesalan dan juga rasa malu. Sejak jauh-jauh hari Andrey memang sangat ingin mati.

"Jika kau mati dibunuh sekarang, tidak peduli siapa yang melakukan atau bagaimanapun caranya maka Gelap akan menang." Pengungkapan dari Adams tersebut sedikit membuat Andrey kecewa.

Tapi itu juga tidak bisa melegakan, karena sama saja Andrey harus mati, apalagi eksekusi mati, kematian yang identik dengan kriminal atau seseorang yang memiliki karakter jahat, cara mati yang dihindari oleh siapapun.

Todd yang sejak tadi diam kemudian bertanya:

"Berarti ada prosedur seperti pengadilan di dunia ini?"

"Ya, sebetulnya di Surga sudah dilakukan persidangan dan telah selesai vonisnya bahkan keputusan Mahkamah Agung telah tetap, tinggal beberapa langkah lagi." Adams menjawab panjang lebar.

"Masih ada langkah lagi setelah Mahkamah Agung?" Tanya Gray.

"Ya, dan untuk kasus Luciel itu prosedur khusus." Adams menjelaskan.

"Tunggu, kau sejak tadi bercerita seolah Andrey adalah Luciel atau Luci siapalah itu. Tapi bagaimana jika kau membalik ceritanya, bahwa Tuhan yang kau sebut-sebut dari tadi adalah Iblis yang sebenarnya." Todd ketus, ia mempercayai sejak tadi Adams telah melakukan pemutarbalikan fakta.

"Coba sekarang semua pejamkan mata." Trilia yang sejak tadi diam membuka suara.

Lihat selengkapnya