Destiny

Rere Valencia
Chapter #10

Esu: Bagian 1

"Ma, ayah kenapa jarang pulang?"

"Ma, kenapa ayah jarang ngomong sama aku?"

Ma, kenapa mama selalu jaga jarak sama ayah?"

"Ma, ini hari pertama aku masuk SD. Kenapa ayah gak hadir juga?"

Esu memejamkan matanya, suara-suara di kepalanya kala ia masih bocah makin menyeretnya pada dendam kesumat pada sang ayah. Sang ayah tidak pernah ada untuknya, di momen apapun. Tapi yang kini jadi fokus di dalam kepalanya ialah ketidakhadiran sang ayah saat ia masih sekolah dasar.

***

Esu cilik duduk di ruang kelas, diantara teman-temannya, saat itu orang tua murid diundang untuk datang oleh pihak sekolah, dan seperti yang pembaca bisa tahu, kecuali Esu, orang tua para murid hadir secara lengkap, ayah dan ibu.

Apalagi dengan kondisi fisiknya Esu sering di-bully, ditambah wajahnya yang bisa dikata buruk rupa sering menjadi pembenaran murid-murid yang lain untuk menjauhinya.

Bahkan orang yang lebih dewasa pun memiliki pemikiran yang serupa dengan bocah-bocah cilik tersebut.

Esu pada mulanya menyangka bahwa hanya perkara wajah atau fisik yang membuat sang ayah sekalipun tak sudi untuk menemuinya barang sedetik pun, hingga akhirnya ia menguping pembicaraan sang ayah dan ibunya di telepon.

Saat itu Esu kelas 4 SD, ia nekad menguping pembicaraan ayah dan ibunya mulanya hanya penasaran dengan suara sang ayah, sebab biasanya Marie, sang ibu, hanya berkomunikasi lewat surat.

"Sungguh, engkau seharusnya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Khidr pada seorang bayi."

"Kau tahu ia akan membawa bencana."

"Aku tak mau mendengar alasanmu dengan nubuatan mu yang harus digenapi."

"Dia anak kita, Anindita! Lebih baik ia mati di tanganku sekarang, ketimbang masa depannya merugikan dan lebih buruk!"

Lihat selengkapnya