Destiny

Rere Valencia
Chapter #11

Esu: Bagian 2 - Bagian dari Rencana dan Kuasa Gelap

"Hari ini jumlah anak yang melakukan tawuran yang kini dianggap tindak pidana berat tingkat anak-anak justru makin memprihatinkan."

"Bagaimana bisa setelah dianggap sebagai tindak pidana berat kategori anak-anak, kini malah tawuran justru makin merajalela."

"Disini ada seorang mahasiswa jurusan hukum dari Universitas Jenderal Sudirman. Esu."

"Yang akan memperbincangkan dari segi hukum bagaimana justru malah bisa seperti itu."

Seorang anchor pria dari sebuah stasiun televisi membuka percakapan untuk tema malam itu tentang tawuran yang makin merajalela meski aturan hukuman berat tingkat anak sudah diberlakukan.

Kejadian tersebut adalah kejadian beberapa belas tahun yang lalu dimana Esu masih menjadi seorang mahasiswa hukum tetapi memiliki reputasi yang bisa dibilang amat mentereng.

Dengan kelicikan dan organisasi nya sebetulnya tentu Esu lah yang merancang para anak-anak tanggung itu untuk tawuran, tapi di acara tersebut ia sangat mengutuk keras hal tersebut.

Ia yang kala itu masih berusia 24 tahun dengan pandainya bersandiwara dan tentu efeknya mengorbankan anak-anak buahnya yang sebetulnya ia perintah sendiri.

Itu perlu ia lakukan demi membangun kredibilitasnya di mata masyarakat, dan tentu Gelap tertawa puas menyaksikan sandiwara gelap dari Esu yang memakan banyak tumbal baik mental maupun nyawa itu.

***

Setahun kemudian, saat itu pukul 3 lebih 3 sore, Esu yang kala itu dianggap sebagai mahasiswa terbaik di seluruh negeri sedang membahas tentang keputusan Mahkamah Konstitusi atas dilegalkannya ganja untuk pemakaian obat atau dengan tujuan kesehatan atau pengobatan di sebuah televisi swasta.

"Jadi begini. Ini bukan tentang untuk pengobatan atau apapun juga, tapi lebih ke pengawasan pihak terkait dan protokol-protokolnya."

Esu berdehem lalu batuk kemudian berkata

"Maaf."

Ia pun meneruskan kata-katanya,

"Harus ada pengawasan ketat pada pembeli "

"Apakah belinya benar-benar untuk kepentingan medis atau pengobatan atau tidak."

Omongan Esu memang tidak ada salahnya, sebab ia sedang membangun kredibilitasnya di masyarakat.

Ia juga berusaha bersikap netral dalam berpolitik meski ia sudah bersiap masuk ke suatu partai dan merevolusinya menjadi partai baru serta besar jika waktunya tiba, dan itu benar-benar terjadi 2 tahun kemudian, setahun setelah ia menjadi lulusan terbaik di seluruh kampus dalam negeri.

12 tahun yang lalu sebelum cerita utama dimulai partai yang baru didirikan oleh Esu yaitu Partai Nasionalis Kesejahteraan Indonesia, yang baru setahun berdiri berhasil memenangkan pemilu legislatif dan salah satu kadernya, Stevenson Qui, berhasil menjadi wakil presiden, tentu saja Esu menjadi wakil presiden dibalik layar istilahnya, bahkan malah ia sendirilah presiden nya, karena presiden nya sendiri adalah salah satu anak buah Esu di organisasi.

Kala itu malam pawai kemenangan partai, semua bersuka cita, kecuali seseorang yang merencanakan kematian Esu karena dendam sebab keluarganya telah dimanipulasi demi tujuan menyiksa mental orang tersebut oleh organisasi, atas perintah Esu, tentunya.

Lihat selengkapnya