Anindita babak belur, Terang yang ada di sampingnya diam saja, meski ia geram dan ingin menghajar orang yang telah menghajar tuannya tersebut, yang nyata-nyata adalah Tuhan Semesta Alam.
Sebelumnya Anindita sudah memperingatkan Terang, bila Andrey menghajarnya, Terang hanya perlu diam, begitupun yang lain, Trilia sebetulnya kesal dengan sang adik, ia merasa adiknya itu tak tahu situasi, Gray kesal karena Andrey tidak bisa menahan emosinya, sedang Thom dunia kasta merasa bersalah, sebab ia yang bertukar dengan Thom satunya, bagi pemikirannya menjadi penyebab tidak langsung Andrey menghajar Anindita, Maya hanya bisa menangis, sedangkan Yessica ketakutan dan merasa kecewa dengan perbuatan Andrey.
"Sekarang jelaskan padaku! Kenapa engkau tega menghancurkan dunia kasta tersebut?!
"Apakah tidak ada jalan keluar lain?!"
"Kamu tahu gak rasanya?!"
"Gimana rasanya merasakan ledakan?!"
"Ikut meledak bersama planet yang hancur lebur?!"
"Bersama semesta yang hancur lebur?!"
Terang hendak membuka mulut, sebetulnya ia ingin menjelaskan bahwa setiap semesta yang hancur lebur, Anindita sebetulnya ikut merasakan rasa perih tak terkira yang sama, tapi Anindita memberi kode pada Terang, supaya Terang tak usah mengungkap fakta tersebut.
Dengan rasa tidak mengerti Terang pun pada akhirnya hanya diam saja, badannya merasa tidak enak, sebab selain menahan diri atas perbuatan Andrey sehingga berpengaruh ke mentalnya, hatinya yang sakit pun menyebabkan seluruh tubuhnya ngilu, untung Terang masih waras, ia tahu Anindita akan baik-baik saja.
"Aku hanya bisa meminta maaf kepadamu, Andrey."
Anindita kemudian bersujud dan meminta maaf mencium kaki Andrey, Terang terkejut, ini baru pertama kalinya sosok Tuhan sujud, bahkan mencium kaki ciptaanNya, Terang menangis, sadar akan begitu rendah hatiNya Sang Pencipta Alam.
Terang sadar ini semua bukan salah Anindita, tapi Tuhan tersebut tetap meminta maaf, dan bersujud ke Andrey, bahkan mencium kakinya, ia merasa Anindita sebagai Tuhan adalah sosok yang amat luar biasa.
Andrey yang masih dikuasai oleh emosi, kemudian dengan kasar meminta supaya Anindita tak perlu menjilatnya dengan cara mencium kaki, Terang yang mendengar itu benar-benar sakit hati dengan kata-kata Andrey, tapi ia yang amat patuh pada Anindita berusaha mematuhi perintah Anindita, meski ia kesal ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri.
"Duduk!"
"Dan jelaskan semua yang engkau tahu!"
"Tunggu... Tunggu..."
"Engkau maha tahu, jadi jelaskan semuanya."
"Wahai sosiopat yang membiarkan sahabatmu sendiri mengalami kematian akibat ledakan."
Anindita mengangguk, ia paham yang dimaksud 'sahabatmu' oleh Andrey adalah Raja Esu.
Anindita kemudian membuka mulut,
"Sebelumnya aku meminta maaf akan jiwa-jiwa yang mengalami ledakan,"
"Akan jiwa-jiwa yang lenyap dengan cara mengalami ledakan,"
"Dengan cara kematian yang sakitnya tidak terperikan."
Terang terhenyak oleh kata-kata Anindita tersebut, ia yang tahu fakta yang sebenarnya menjadi semakin sakit.
Anindita kemudian melanjutkan kata-katanya.
"Tentu aku tidak bermaksud menyakiti penghuni dunia kasta,"
"Tapi ini berkaitan dengan distorsi,"
"Dan justru Raja Esu sendiri yang ikhlas bila dunia yang dipimpinnya itu dimusnahkan,"
"Ia sudah siap meski mengalami rasa sakit yang tidak terperikan."
"Sebab jika dunianya tidak dihancurkan,"