Destiny

Rere Valencia
Chapter #35

"Huh!" "Baru Segini Saja Aku Sudah..."

Andrei diam mematung, dirinya coba fokus untuk memadamkan lilin hanya dengan hembusan keberadaan dirinya, tapi lagi-lagi dirinya kurang fokus, ia memang coba berkali-kali dengan seluruh kemampuannya untuk fokus, tapi selalu gagal.

Alasannya ialah ia masih terbawa mimpinya, mimpi semalam adalah mimpi penghuni surga yang diusir dan dijatuhkan ke dunia karena membunuh kakaknya, Andrey tahu betul penghuni surga tersebut sebetulnya tidak begitu bersalah karena Andrey dalam mimpi merasakan sebagai diri mantan penghuni surga tersebut.

Lalu dua malam sebelumnya ia bermimpi menjadi penghuni surga yang meracuni kawan lamanya sendiri, penghuni surga tersebut pada akhirnya dihukum dipindahkan ke neraka.

Andrey merasa hukuman itu tidak adil, sebab meski kawan lama mantan penghuni surga tersebut tewas dengan amat mengenaskan, Arden, sang mantan penhuni surga sebetulnya ditekan secara mental oleh kawan lamanya tersebut. Andrey pun berpikir akan berbuat sama atau lebih kejam lagi jika diperlakukan seperti itu.

Tetapi yang dilakukan Arden memang keterlaluan, tidak seperti penghuni alam dunia, penghuni neraka atau surga akan musnah dan tak pernah mengalami kehidupan lagi jika tewas, itulah mengapa hukuman Tiar, yang membunuh kakaknya, dianggap terlalu ringan dan banyak yang protes agar ia juga menjadi penghuni neraka.

Sedangkan neraka sendiri pada intinya bukanlah siksaan fisik yang didengungkan di dunia, tapi lebih kepada orang-orang yang dikumpulkan di sebuah laboratorium super luas yang mendapatkan simulasi pengulangan hidupnya di dunia dengan rasa bersalah yang berkali-kali lipat lebih besar, namun dirinya saat sedang simulasi tidak menyadari dirinya sedang berada dalam sebuah simulasi.

Tetapi ada aturan tambahan khusus bagi yang melakukan kejahatan jika sebelumnya adalah penghuni surga, perasaan bersalah dari mantan penghuni surga tersebut akan lebih berlipat ganda rasanya daripada yang pernah melakukan kejahatan di dunia.

Sedangkan Para Adams memperhatikan Andrey yang tadi tidak berhasil mematikan satupun lilin dari tiga puluh tiga lilin yang dipersiapkan untuk dipadamkan oleh Andrey, seorang Adams kemudian berbisik pada Adams lainnya,

“Sepertinya ujian mimpinya terlalu berat, sehingga berpengaruh pada mental untuk mematikan lilin,"

"Kau tahu mentallah yang menentukan demi bisa mematikan lilin, kalau begini…”

“Tenang saja, kau tahu kan, mental mantan seorang malaikat kerubim tidaklah selemah itu.”

“Ya, aku tahu. Tapi…”

Adams yang mencoba protes tadi hanya bisa menjawab argument Adams di sampingnya dengan kata tapi yang terputus, sebab ia tahu apa yang dikatakan kawan di sebelahnya itu benar.

Mental inkarnasi Luciel tidaklah selemah yang kini terlihat, ia pun pada akhirnya percaya bahwa Andrey bisa, dan kini mencoba untuk tidak protes lagi kemudian bertekad hanya mengawasi pelatihan saja seperti tugas resmi yang diberikan langsung oleh Anindita.

Sedang Andrey tetap fokus untuk mematikan lilin tetapi tidak bisa, ia merasa ujian mental berupa mimpi terlalu berat dan amat menekan mentalnya, tapi ia tetap berusaha dan pada akhirnya berhasil mematikan tiga lilin sekaligus, Adams yang tadi coba protes bersorak sorai begitupun Adams di sebelahnya.

Andrey pun menggunakan cara fokus yang sama yang diingat tubuhnya, sehingga ia berhasil mematikan hampir semua lilin dimana tinggal tersisa tiga lilin lagi, Andrey merasa beruntung bisa memadamkan begitu banyak lilin di saat kondisi mentalnya yang begitu terpuruk.

Tapi…

Tiba-tiba perut Andrey keroncongan dan berbunyi, bunyinya amat keras sehingga terdengar oleh dua Adams tadi yang sedang mengawasi.

“Ya, sudahlah. Memang sudah waktunya makan siang untuk Andrey.”

“Kau sudah hubungi koki?”

“Makan siang Andrey sudah disiapkan?”

Tanya Adams satunya pada Adams yang tadi khawatir pada Andrey, yang tiba-tiba dijawab dengan panik,

“Belum! Aku lupa!"

"Aku tadi terlalu fokus karena terlalu kasihan pada pelatihan Andrey!”

Akibatnya Adams satunya pun menjadi panik,

“Aaah, bagaimana ini?!”

“Hubungi… Hubungi Adams chef sekarang juga!” Teriaknya panik sambil marah-marah ke Adams di sampingnya.

“Ba…Baik.” Ucap Adams yang tadi khawatir pada Andrey sambil menekan nomor handphone milik Chef Adams.

Lihat selengkapnya