Di sebuah tempat sepi di pesisir pantai Jakarta, terdapat sebuah istana megah dengan hiasan dan ornamen yang begitu mencolok dan misterius. Menggabungkan warna hitam dan hijau, rumah itu terlihat sedikit horor. Hanya ada satu rumah yang berdiri di dekat pantai itu, tidak ada rumah di sekitar sana. Sekitar 600 meter barulah ada beberapa rumah warga yang tinggal. Tempatnya memang terbilang sepi walau berada di tengah kota dan Nala, seorang penyihir kuat keturunan Ratu Laut Pantai Selatan tengah memanjakan dirinya di tempat terpencil itu.
Membaringkan tubuhnya di sebuah bak mandi panjang berwarna hijau. Sambil menikmati anggur merah, dia menenangkan diri di dalam bak berisikan air hangat dengan bunga-bunga harum yang menemaninya membersihkan tubuh. Menghirup napas panjang, Nala memejamkan mata menikmati waktunya bersantai tanpa diganggu siapapun.
Mengenakan baju dan berias dengan sempurna, Nala dengan angkuh dan tinggi berjalan menyusuri ruangan kamarnya. Di sana terdapat berbagai pakaian, tas dan sepatu mewah yang ia koleksi selama bertahun-tahun. Memilih pakaian dari ujung ke ujung. Wajah Nala tersenyum sumringah melihat koleksinya yang terpampang cantik. Alas kaki pun tidak lupa ia pilih. Dengan high heels berwarna putih dan ornamen berlian. Dia terlihat begitu mempesona dan berkilau.
Melangkah ke meja rias, disana sudah tersusun rapi semua merk make up terkenal dunia. Dengan bedak YSL, perfume Chanel dan lipstik Dior, Nala merias wajahnya dengan begitu cantik. Hari ini sebenarnya dia tidak memiliki agenda apapun, namun dia tahu kalau hari ini akan ada yang datang menemuinya. Harum semerbak telah memenuhi ruangan kamarnya. Selesai berdandan, Nala yang sudah rapi melangkah membuka pintu menuju ruang tamu rumahnya.
Baru satu kali melangkah, suara kaki berlari terdengar dari ujung lorong. Nala memasang wajah malasnya mendengar langkah itu, langkah yang terdengar putus asa dan terburu-buru. Dari tempat duduknya dia bisa melihat seorang lelaki paruh baya berlari dengan wajah kalut penuh keringat. Di belakangnya ada laki-laki yang menyusul dan ingin melarangnya masuk.
“Putri,” Sapa orang tersebut memanggil Nala dengan sebutan Putri. Semua orang yang berhubungan dengannya akan menyebutnya sebagai Putri. Karena Nala memang merupakan seorang Putri dari Kerajaan tersembunyi yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa. Berada di bagian Bumi terdalam. “Tolong saya, bisnis saya terancam bangkrut. Anak saya akan dimasukkan ke dalam penjara. Tolong saya Putri, istri saya sekarang sedang berada di Rumah Sakit karena mendengar berita ini.”
Nala yang acuh tidak mendengar perkataan pria tersebut, dia malah sibuk memainkan kukunya yang baru saja diwarnai. Sedangkan pria satunya lagi alias tangan kanan Nala menghela napas dalam. Dia sudah mencoba untuk menghalangi laki-laki itu tapi tetap saja dia memaksa masuk.
“David,” Panggil Nala pada asistennya.
“Saya Putri.”
“Apa ada yang saya inginkan akhir-akhir ini?”
“Ah, lukisan Banteng Hunt dari Raden Saleh?” Tanyanya polos.
Nala mengangguk mendengarnya.
Latif yang juga mendengar hal itu langsung menoleh, “Itu bukannya lukisan dengan harga milyaran yang berada di Prancis?’
Menaikkan kedua alisnya, Nala tersenyum miring, “Betul, kalau Anda berhasil membuat saya menjadi pemilik lukisan tersebut. Maka akan saya kabulkan semua permintaan Anda.” Ucapnya tegas.
Latif terdiam beberapa saat berpikir, ini akan sedikit sulit. Tapi dia tidak boleh menyerah begitu saja “Baiklah, akan saya coba. Beri saya waktu.”
Nala mengangguk, “Ok, kalau begitu kita sepakat.” Ujarnya dengan senyum penuh arti.
***
Di tempat lain, Tomi seorang pemuda berusia 27 tahun sedang sibuk melayani para pelanggannya. Dia bekerja di sebuah restoran siap saji yang buka 24 jam. Dan sekarang dia kebagian masuk malam hingga pagi. Sekarang sudah pukul 11 malam, pelanggan terakhir ini seperti menjadi penutup gerai mereka.
“Silahkan pesanannya.” Sapa Tomi ramah.
“Hmm, satu paket ayam dan nasi.”
“Baik, ditunggu ya.”
Selesai melayani, Tomi bergegas ingin ke belakang. “Bang, gue ngerokok dulu.” Ujarnya.
Sesungguhnya dirinya mengantuk sekali hari ini, semalam dia tidak tidur karena adik perempuannya baru pulang pagi hari dan dia menunggunya semalaman. Merokok di belakang gedung, dirinya termenung memikirkan banyak hal dalam hidupnya yang begitu tidak beruntung. Kopi hangat pun ia minum untuk mengusir kantuknya. Termenung menikmati dinginnya malam, dia menghirup udara dengan begitu bebasnya. Melepaskan semua beban yang ia punya. Beberapa saat bersandar pada dinding gedung, suara seekor kucing menghamburkan lamunannya.
Tomi menunduk dan mengelus kepala kucing itu. Ternyata kucing berwarna oranye itu malah semakin manja kepadanya.
“Kamu lapar ya?” Tanya Tomi.
“Meow.” Jawab kucing itu.
Tomi tersenyum, dia lalu teringat ada sisa ayam yang tidak termakan tadi. Buru-buru dia mengambilnya dan memberikannya pada kucing tersebut.
“TOM,” Panggil teman kerjanya, “Tolong siapin bumbu buat besok.” Ujar Supri.
“Iya sebentar.” Jawab Tomi, dia kemudian membelai kucing tersebut sebelum kembali ke dapur.
***
Malam itu Nala telah berada di bengkel mobil miliknya. Lebih tepatnya ketok magic. Usaha yang dia dirikan sejak lima puluh tahun yang lalu, saat dia kembali berada di Jakarta.
“Ada berapa yang masih belum beres?”
“Tiga.” Jawab David.
“Kenapa nggak ngasih tahu dari tadi.” Ujarnya kesal, “Ck,” sambil mengelilingi mobil yang harus diperbaiki. Nala memainkan sihirnya yang begitu magis. Tangannya mengayun begitu lihai, mengeluarkan cahaya sihir berwarna hijau. Dan dalam sekejap mata, semua mobil yang penyok bahkan hancur mampu kembali mulus seperti semula.
“Semuanya sudah selesai.” Ujar David setelah memeriksa mobil yang mereka perbaiki.
“Besok-besok suruh mereka untuk membayar lebih ketika membutuhkan waktu yang lebih cepat.”
“Baik.” Jawab David patuh.
Tiba-tiba suara angin terdengar mendekati mereka, mata Nala sontak melirik ke samping. Benar dugaannya, seseorang datang tanpa pemberitahuan.