Destiny Of A Witch

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #4

Kerajaan Bawah Laut

Saat pergi membeli obat untuk adiknya, Tomi mendapat telepon dari polisi kalau Syamsul ditangkap karena berjudi. Sekarang dia berada di kantor polisi daerah Bogor. Tomi yang mendengar hal tersebut menjadi kesal. Dia ternyata salah telah berharap Ayahnya akan berubah. Membanting tangannya ke udara, Tomi yang kehilangan semuanya menjadi tak berdaya. Dia lemas bukan main, hidupnya sudah sejak kecil tidak beruntung. Bahkan sampai sekarang pun dia masih tetap tidak beruntung. Merasa lelah dan putus asa, Tomi akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Di kanal timur inilah dia berusaha untuk pergi dari dunia ini. Namun tanpa disangka-sangka dia ditolong oleh seorang wanita. Seorang wanita yang membuatnya melihat masa lalu. Saat dia bukan sebagai Tomi.

Mengangkatnya dengan susah payah, wanita itu akhirnya mampu mengeluarkan Tomi dari ujung kanal. Tomi tersengal-sengal heran, siapa wanita ini sampai dia mau menolongnya.

“Siapa kamu?” Tanya Tomi, “Kenapa kamu menolong saya?”

“Ah, jadi kamu mau mati sia-sia. Seperti pecundang?”

“Apa urusannya kalau saya mati sebagai pecundang. Tidak ada hubungannya dengan Anda.” Jawab Tomi.

“Tidak tahu terima kasih.” Tutur Nala sambil membersihkan noda di pakaiannya.

“Apa?”

“Kamu harusnya berterima kasih karena saya telah menolongmu. Kamu tidak berpikir bagaimana nasib adikmu jika kamu meninggal?”

Tomi sontak terdiam, “Benar juga apa yang dikatakan wanita ini.” Ucapnya dalam hati.

“Dasar manusia lemah. Berpikirlah lebih panjang jika ingin bunuh diri. Kamu kira itu akan menyelesaikan masalah? Otakmu sangat cetek.”

“Hei, beraninya Anda mengatakan hal yang menghina seperti itu. Anda tidak tahu apa-apa tentang hidup saya.”

Nala tersenyum miring, “Berhentilah mengeluh dan temui adikmu.” Tuturnya sebelum pergi menjauh menghentakkan payungnya.

“Tunggu.” Ujar Tomi yang penasaran, “Siapa nama Anda? Dan bagaimana Anda tahu kalau saya punya….” Belum selesai bicara wanita tersebut sudah menghilang dari pandangannya. 

Tomi terdiam membatu, apa yang baru saja dilihatnya tadi? Kenapa wanita itu tiba-tiba saja menghilang seperti angin. Otaknya lalu berpikir, “Apa…Apa jangan-jangan dia yang menolong Indah?”

Tomi kemudian berjalan ke rumahnya sambil terus berpikir, apa dia tidak salah lihat? Lalu apa yang tiba-tiba muncul di kepalanya tadi. Itu bukan mimpi, tapi sebuah ingatan. Ingatan masa lalu. Tapi apa? Indah yang melihat Kakaknya dari ujung sana berlari dan langsung memeluk sang Kakak. Dia sangat khawatir kalau Kakaknya itu tiba-tiba menghilang.

“Hei, kenapa?” Tanya Tomi.

“Kakak kemana? Indah takut.” Tuturnya.

Tomi tersenyum, “Kakak jalan-jalan sebentar. Ini Kakak bawain obat kamu. Maaf ya sudah membuatmu menunggu. Ayo kita masuk.” Ajak Tomi hangat, “Kamu sudah makan?” Kembali pertanyaan muncul sembari mereka berjalan bersama.

Indah menggeleng.

“Kakak buatkan mie mau?” Dia mengangguk kesenangan.

***

Nala kembali ke rumahnya dengan perasaan gugup, tadi hampir saja dia mengatakan siapa dirinya. Dia tidak seharusnya ikut campur dalam urusan manusia tanpa kesepakatan. Dia pasti akan segera dipanggil. Dirinya memang salah, emosinya terlalu ikut campur. Semoga saja ibunya tidak mengetahui apa yang ia lakukan. Tak lama berselang, David datang dengan asap merah.

“Putri, Anda harus segera kembali ke Kerajaan.” Ucapnya sambil terburu-buru melangkah.

Nala yang sedang duduk di sofa, memicingkan mata mendengarnya, “Ada apa mereka ingin saya kembali?”

“Kerajaan Aryan sepertinya akan melancarkan serangannya.”

“Sialan.” Ucap Nala berpikir keras, “Saya baru saja bertemu dengannya.”

“Bertemu? Dengan siapa?”

Nala langsung melirik David tajam.

Lihat selengkapnya