Haira melangkah cepat menuju ruangan Ainur, ada sesuatu yang harus ia sampaikan.
“Yang Mulia.” Ujar Haira dengan wajah begitu serius.
“Ada apa?”
“Kami sudah menemukan lelaki itu, dan sepertinya Putri Nala juga telah bertemu dengannya.”
Ainur mengeraskan rahangnya, “Jadi begitu. Anak itu sungguh membuat kepalaku pusing. Apa mereka dekat?”
“Sepertinya tidak. Mereka jarang bertemu.”
“Baiklah, kamu bisa pergi.” Ujar Ainur tegas yang dijawab dengan anggukan oleh Haira.
Setelah Haira pergi, mata Ainur berubah menjadi cemas dan khawatir. Dia melihat sesuatu yang buruk akan terjadi. Dirinya masih ingat betul bagaimana Nala bisa kembali padanya. Anak yang ia titipkan ternyata tidak bernasib mujur dan malah kembali padanya.
Menarik napasnya panjang, Ainur kembali membuka buku sihir yang diberikan oleh Kakeknya. Nala tidak akan mampu meraih kujang itu sebelum dia mendapatkan buku mantra yang asli. Dan buku itu kini tengah berada di genggamannya. Nala tidak boleh tahu yang sebenarnya, dia tidak boleh kembali pada kesalahannya dulu.
***
Angga tengah bekerja di kantornya seperti biasa, hari ini dia disibukkan oleh berbagai rapat dan kegiatan. Sore harinya, sang Ayah memanggilnya untuk datang.
“Ngga,” Ucap sang Ayah, “Duduklah.”
Angga tersenyum ramah lalu duduk berhadapan dengan sang Ayah, “Ada apa Ayah menyuruh saya datang?”
“Kamu sudah punya kekasih?”
“Memangnya kenapa? Saya tidak berniat untuk menikah.”
Raut wajah Hasim langsung berubah, dia mengerutkan dahinya sedikit kesal. “Kamu tidak mau menikah dan memiliki anak seperti teman-temanmu yang lain?”
“Ya ampun Yah, hari gini masih menyuruh saya menikah. Saya tidak berniat melakukannya apalagi punya anak, haduh saya lebih baik menjadi bujang selamanya.”
“Kamu tidak memikirkan Ayah dan Ibumu yang sudah tua ini. Kami butuh hiburan dan anakmu juga nanti yang akan meneruskan perusahaan Ayah.”
“Kan ada Gina Yah, hubungannya dengan Dion juga sudah serius. Suruh saja dia segera menikah.”
“Kamu ini, adikmu masih kekanak-kanakan seperti itu. Dia belum siap menikah.”
Hasim lalu memberikan kartu nama sebuah Hotel, itu merupakan Hotel ternama bintang lima yang biasa mereka kunjungi.
“Datanglah, kali ini Ayah memaksa. Bertemu dan bicaralah dulu, kalau kamu memang merasa tidak cocok. Silahkan pergi.”
Angga menghela napasnya, “Ini lagi?”
“Kamu tidak mungkin melajang selamanya kan? Pergilah. Ini Perintah!” Tutur sang Ayah penuh penekanan.
Angga mau tidak harus mengikuti keinginan Ayahnya.
***
Beberapa hari ini Nala terus menerus mempelajari semua buku yang diberikan oleh sang Ibu. Tapi anehnya kemampuannya belum ada kemajuan, seperti ada sesuatu yang belum lengkap. Dia duduk menyilangkan kakinya dengan memejamkan mata di atas sebuah bantal duduk di ruang rahasia yang ia buat di bawah bengkel miliknya. Nala terus membaca dan mempelajari berbagai mantra dengan tubuh melayang di udara.
David yang tiba langsung masuk dan duduk di sofa yang berada di pinggir ruangan. “Apa Putri yakin sudah membaca semuanya?” Tanyanya polos.
Nala yang sedang fokus ternyata mendengar ocehan anak buahnya itu, dia langsung membuka satu matanya mengintip keberadaan David.
“Jangan banyak bicara, keluarlah jika hanya ingin mengganggu.”
David tersenyum dengan kedua alis yang menaik, “Apakah Putri sudah memeriksa semua bukunya? Apa tidak ada yang tertinggal?”
“Kamu ini benar-benar.” Ucap Nala yang langsung menghentikan proses pembelajarannya. Dia menurunkan tubuhnya ke tanah.
“Ada yang memberitahu saya kalau ada kekurangan di buku itu, Anda harus mencoba memeriksanya.”