Tomi dan Nala benar-benar jatuh begitu dalam, ada sesuatu yang membuat gairah mereka tiba-tiba menggebu-gebu seperti ini. Tomi membuka kancing pakaian Nala satu persatu, dia sedikit terburu-buru. Dan pada saatnya tiba.
Wush…
Ainur dan beberapa prajuritnya tiba-tiba saja datang membuat Nala dan Tomi kaget bukan main. Mereka langsung loncat dari sofa dan merapikan diri mereka masing-masing. Sedangkan Ainur terlihat begitu kesal, dia merasa telah dibohongi oleh anaknya sendiri. Wajah Tomi sudah memerah karena malu, Ainur tiba-tiba saja menghampirinya dan menatapnya begitu tajam membuatnya sedikit gentar.
Ainur terus menatap Tomi tanpa berkedip, dia memutarinya sambil melihatnya dari atas sampai bawah. Nala yang berada di samping Tomi jadi tidak enak.
“Bu.”
“Diam.” Potong Ainur langsung, dia lalu bertanya pada lelaki di hadapannya itu, “Siapa kamu?”
“Hmm, nama saya Tomi. Sa… saya koki baru Nona Nala.”
“Koki?” Ujar Ainur dengan nada tinggi, “Sejak kapan kamu membutuhkan seorang koki?”
“Masakannya enak, jadi…”
Kali ini Ainur melangkah mendekati Nala dan menatapnya tajam, “Ikut aku.” Perintah Ainur.
Nala mau tidak mau kembali mengikuti Ibunya, mereka masuk ke kamar Nala dan Ainur langsung menutup pintu.
“Apa yang kamu lakukan? Kamu tahu kan apa yang terjadi kalau kamu sampai tidur dengan dia. Dan kamu, tidak memberi tahu Ibu kalau kamu sudah bertemu dengannya”
“Saya juga tidak mengerti, saya hilang kendali. Saya minta maaf.”
“Ini berbahaya. Kamu satu-satunya penerus Kerajaan Meghana. Ibu tahu ini pasti sulit. Tapi kutukanmu tidak bisa dihilangkan. Kamu akan kehilangan semuanya saat kamu tidur dengan seorang laki-laki.”
“Apakah saya juga akan diusir seperti Kak Ria?”
Ainur seketika terdiam, ada rasa bersalah, sedih dan marah dalam dirinya ketika mendengar nama itu, “Jangan sebut namanya, Ibu tidak kenal dengan orang itu.”
Nala menelan ludahnya gugup, “Lalu bagaimana saya bisa memiliki keturunan jika saya tidak bisa tidur dengan laki-laki? Saya ingin hidup normal seperti orang lain, memiliki keluarga saya sendiri.” Ujarnya kesal sekaligus mengalihkan pembicaraan.
Mendengarnya Ainur jadi sedikit marah, dia meraih dua lengan Nala dan sedikit meremasnya, “Kamu tidak membutuhkan itu semua. Ketika waktunya tiba semua itu akan menjadi tidak penting.”
Nala terheran mendengar perkataan Ainur, dia tidak mengerti maksud dari sang Ibu.
“Kamu tahu akan sangat berbahaya jika kamu terus bersamanya. Ibu tidak mau kejadian masa lalu terulang kembali. Ibu harap kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.” Ujar Ainur sebelum pergi dari kamar sang anak.
Ainur kembali ke ruang tamu dan menatap Tomi begitu tajam. Dia dan anak buahnya kemudian pergi dari sana.
Nala dibuat canggung dengan kejadian tadi. Dia tidak menyangka Ibunya akan datang di saat genting seperti ini.
“Hmm… sebaiknya saya pulang. Ini sudah pagi.” Tutur Tomi.
Nala mengangguk, “Terima kasih, dan saya mohon maaf atas kejadian tadi.”
Tomi tersenyum, “Tidak apa-apa. Saya mengerti. Kalau begitu saya permisi.” Ujarnya melangkah keluar.
Nala menghela napasnya dalam, “Ada-ada saja.” Ujarnya dalam hati. Dia lalu kembali melangkah ke ruang makan, di sana baru dia tersadar akan sesuatu. Dia melirik minuman kaleng itu dengan penuh kecurigaan.
***
Bruk…
Indah jatuh di dorong oleh teman-temannya.
“Bisa-bisanya lo ngaduin kita ke guru BP, udah nggak mau sekolah lagi di sini lo ya.” Tutur Lani kemudian menjambak rambut Indah, “Heh, dengar ya. Jangan gara-gara lo pintar dan jadi anak emas di sini lo bisa berlagak seenaknya. Bokap gue bisa kapan saja ngeluarin lo dari sekolah ini tahu lo.”