Destiny Of A Witch

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #14

Penjual Misterius

Nala pulang dengan langkah lunglai, entah kenapa dia merasa lelah sekali, padahal hari ini dia hanya berkeliling Mall dari jam sepuluh pagi hingga jam delapan malam. Biasanya dia bisa berjalan hingga pagi setelah berbelanja di Mall. Apa mungkin dia telah menghabiskan energinya mempelajari sihir itu. Dia belum sempat menemui ibunya. Meletakkan kunci mobil di atas nakas, Nala terkejut saat melihat Tomi dan Indah berada di rumahnya.

“Selamat malam,” Tutur Indah ramah.

Nala sontak tersenyum canggung, “Malam, kalian belum pulang?”

“Indah sengaja menunggu Nona pulang. Dia ingin mengucapkan sesuatu.” Tandas Tomi menoleh pada Indah.

Indah berjalan mendekati Nala, “Terima kasih.” Tuturnya sembari memberikan sesuatu. Kotak itu berwarna coklat dan sangat cantik.

“Apa ini?” Tanya Nala.

“Itu hadiah, karena Anda telah begitu baik kepada saya.”

Nala tersenyum menatap Indah, “Kamu nggak perlu melakukan ini, tas itu saya dapatkan cuma-cuma.”

“Bukalah.” Pinta Tomi, dia ingin tahu bagaimana reaksi Nala saat melihat hadiah tersebut.

Nala lalu membukanya perlahan-lahan, dilihatnya sebuah jepit rambut yang begitu cantik. Bergambarkan kupu-kupu, “Cantik.” Ucap Nala terkesima.

“Syukurlah kalau Anda suka, saya takut kalau Anda tidak menyukai jepitan rambut itu.”

Nala yang mendengar perkataan Indah langsung menutup kotak hadiah tersebut, “Saya akan menyimpannya.” 

Indah kemudian tersenyum lega, “Kalau begitu saya permisi pulang dulu.”

“Loh kok pulang duluan? Tungguin, Kakak sebentar lagi selesai.” Ucap Tomi.

Indah menggeleng, “Saya mau mencari buku pelajaran dulu. Kakak di sini saja, temani Kak Nala.”

“Kamu berani pulang sendiri?” Tanya Tomi.

“Biar David yang mengantarnya, dengan mobil saya.” Sambar Nala dari belakang.

Setelah Indah pergi, Nala membuat dua cangkir teh hangat. Dia ingin mengajak Tomi bicara, “Duduklah.” Ujar Nala yang diikuti dengan patuh oleh Tomi.

Dalam hati dia bertanya-tanya apa yang ingin dikatakan oleh majikannya ini, “Ada yang Nona ingin bicarakan?”

“Minuman kaleng waktu itu. Kamu dapat dari mana?”

“Minuman itu? Saya membelinya di sebuah warung dekat rumah. Memangnya ada apa dengan minuman itu?”

“Mulai sekarang berhati-hatilah saat membeli sesuatu. Minuman itu telah dicampur dengan alkohol. Itulah yang membuat kita hilang kendali.”

Tomi terdiam beberapa saat.

“Mulai besok pulanglah lebih cepat. Kamu hanya perlu membuatkan makanan. Selebihnya jangan terlalu ikut campur.” Tutur Nala sebelum berdiri dari kursinya.

“Tunggu dulu,” Tomi langsung menghalangi jalan Nala, ini belum berakhir. Percakapan mereka belum membuatnya puas, “Jadi ciuman itu karena pengaruh alkohol? Dan sekarang Anda menyuruh saya untuk menjauh?”

“Memangnya kamu berharap apa? Saya mencintai kamu? Jangan ngaco, saya tidak punya perasaan apa-apa padamu.”

“Benarkah? Lalu kenapa Anda mempekerjakan saya di sini? Kenapa Anda menolong saya? Saat itu jelas-jelas Anda membalas ciuman itu. Bohong kalau Anda bilang tidak punya perasaan apa-apa.”

Nala tersenyum miring, dia lalu menarik kerah Tomi membuat wajah mereka begitu dekat, “Jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu. Berhentilah mencoba untuk masuk lebih dalam. Kamu akan menyesal.” Ucapnya sebelum melepaskan genggaman tangannya pada kerah Tomi.

Tomi terdiam tidak bisa berkata apa-apa, mata itu terlalu menggebu-gebu. Dia tidak akan mampu untuk mengubah pikirannya. Dia tahu bahwa mungkin mereka memang belum memiliki perasaan yang dalam tapi apa yang ia lihat, membuatnya begitu penasaran. Dan, siapa wanita di hadapannya ini, yang memiliki segalanya di umur yang sangat muda. Tomi menghela napasnya tidak mau membuat masalah lagi. Dia pergi dari sana dengan langkah cepat, namun langkahnya terhenti.

“Oh ya, mulai sekarang bicaralah santai. Jangan panggil Anda.” Ucap Nala

Tomi tersenyum canggung, “Baik”

David yang baru kembali melihat Tomi yang keluar, dia menatapnya dalam beberapa saat sebelum menoleh pada Nala yang terdiam dengan rasa bersalahnya.

***

“HAIRA?” Tutur Saiza terkejut, “Wah sudah lama rasanya tidak bertemu.” Saiza sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.

“Busuk. Hentikan rencana busukmu itu. Orang sepertimu memang harusnya kubunuh sejak dulu.” Tongkat Haira semakin ia dekatkan pada Saiza hingga menyentuh lehernya.

Saiza menyeringai merasa di atas angin, “Silahkan kalau kamu mau membunuhku tapi sihirku tidak akan hilang dari tubuhnya.” Saiza langsung menyerang Haira di saat dia lengah.

Haira terkena sihir Saiza yang membuat tubuhnya terdorong kencang dan membentur dinding, “Dasar wanita jalang.”

Mereka bertarung di dalam toko tersebut, Haira menyerang Saiza terus menerus namun Saiza tidak terkalahkan . Dia selalu saja berhasil menghindar membuat Haira bertambah kesal, keadaan toko sudah berantakan seperti kapal pecah. Serpihan kaca dan kertas berhamburan kemana-mana. Saiza yang merasa menang tertawa begitu kerasnya. Sedangkah Haira mencoba menyerang jantung Saiza.

“Kamu tidak akan bisa membunuhku.” Tutur Saiza yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak.

Lihat selengkapnya