Destiny Of A Witch

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #19

Akankah Sejarah Terulang Kembali

Angga tersenyum, “Apa yang wanita cantik lakukan sendirian di malam hari seperti ini?”

Haira berdengus tak percaya, “Kenapa kamu bisa ada di sini?”

“Tomi, dia teman saya dan saya meminta padanya agar bisa bertemu denganmu.”

Haira menelan ludahnya gugup, “Saya tidak ingin bicara denganmu.” Ucap Haira sembari berjalan meninggalkan Angga.

“Saya tidak bisa melupakanmu” Ucapan Angga sontak membuat Haira berhenti, dia terdiam mematung mendengarnya, “Sejak kemunculanmu saya tidak bisa melupakan tatapan itu. Tatapan sendu yang begitu menyedihkan.” Tutur Angga berjalan mendekati Haira, “Apa yang terjadi hingga kamu begitu menderita?”

“Jangan membuat kesimpulan sendiri, ini bukan novel yang kamu buat.” Haira berhenti bicara sejenak sembari menatap Angga dalam, “Di dunia ini, ada hal-hal yang tidak perlu diketahui. Karena hanya akan menimbulkan rasa sakit.” Tuturnya sebelum benar-benar pergi dan menghilang.

Sebenarnya saat Tomi menelponnya dan bilang kalau dia diperbolehkan datang dan bertemu Haira, Angga begitu senang. Dia buru-buru mengendarai mobilnya dengan cepat. Saat sampai, Tomi memberitahukan semuanya, apa yang terjadi dan kenapa dia bisa ada di sini. Saat itulah Angga mengerti dan dia ingin tahu lebih banyak tentang semua kejadian itu.

***

Keesokan paginya, Nala didatangi oleh beberapa orang dari Kerajaan Aryan, mereka meminta kepastian atas keamanan mereka yang sepertinya sudah tidak terjaga dengan baik.

“Saya pastikan itu tidak akan terjadi lagi.”

“Yang Mulia Putri, kami tahu bahwa Kerajaan Meghana adalah Kerajaan yang kuat. Kalian telah berperang dan menjaga keseimbangan dunia selama ratusan tahun. Namun bahkan kerajaan seperti Persia, Romawi dan Yunani pun punah. Bagaimana saya bisa percaya pada Anda?” Tutur Anjar

Nala sontak menyeringai, “Anda tidak melihat adanya Ibu saya? Ibu saya masih hidup dan sehat. Dia adalah penyihir terkuat di dunia, selama dia ada. Maka semua akan terkendali.”

Anjar menaikkan kepalanya seperti ingin menantang Nala, apa yang dikatakan lawan bicaranya itu benar. Ainur adalah tonggak dari semua ini,  “Mari kita lihat sampai dimana kesehatan Kanjeng Ratu.” Tutur Anjar sebelum pergi meninggalkan Nala.

Tomi yang kebetulan berada di sana tidak sengaja menguping pembicaraan tersebut. Dia lalu mengintip dan melihat Nala terdiam mengepalkan tangannya. Sudah pasti dia sangat kesal mendengar perkataan perwakilan Kerajaan Aryan tersebut. Perlahan namun pasti, Tomi masuk dan menggenggam tangan Nala. Dia tersenyum manis menatap wanita di hadapannya itu membuat hati Nala langsung sejuk seketika.

Dia duduk di bangkunya sembari mengusap wajahnya penat, “Semuanya berantakan. Ini akan menjadi gawat kalau dibiarkan terus menerus.”

Tomi terdiam berpikir, dia tahu ini berat. Dia ingin menghibur Nala tapi tidak tahu bagaimana caranya. Perlahan namun pasti, Tomi menyentuh bahu Nala, dia lalu berlutut menatap wanita itu dari bawah, “Kamu tidak sendiri. Semua orang di sini mendukungmu termasuk saya. Jadi jangan terlalu khawatir.”

Nala yang tadinya penuh dengan beban sontak tersenyum, dia menatap Tomi dengan tatapan terima kasih. Beban serasa menghilang dari pundaknya, “Terima kasih.” Ucapnya yang tiba-tiba berubah menjadi getir mengingat semua kejadian lalu yang bisa saja terulang kembali. Nala lalu berdiri melangkah ingin pergi..

“Nala,” Panggilan Tomi seketika membuatnya terhenti. Dia berbalik badan.

“Jangan menyerah.” Tuturnya dalam membuat Nala menjadi semakin semangat dan tak kenal lelah. Tomi menatap dalam wanita yang sekarang telah menghilang itu. Tanpa ia sadari perasaannya semakin dalam, apalagi setelah mengetahui apa yang terjadi. Dia jadi semakin ingin tahu bagaimana cara agar bisa mendapatkan wanita cantik itu.

***

Keesokan harinya Nala kembali ke tempat dimana kujang yang ia inginkan disimpan, bersama David dia mencoba untuk kembali mengambil kujang tersebut.

“Kamu siap?” Tuturnya.

“Selalu.” Jawab David.

“Ini saatnya.” Dia membacakan mantra itu dan para ular pun kembali berdatangan.

Nala terdiam, kali ini dia tidak menunjukkan rasa takut sama sekali. Melangkah maju, Nala menunjukkan keberanian, “Apa yang kalian inginkan?” Tanyanya, “Biarkan aku mengambil kujang itu dan kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan?” Kini dia tidak melawan para ular tersebut melainkan membuat kesepakatan.

Tiba-tiba para ular itu berubah wujud menjadi manusia, Nala tersenyum melihatnya seakan dia tahu apa yang akan terjadi.

“Kami tahu siapa kamu, kamu adalah anak dari Kanjeng Ratu Ainur.” Ujar Ningsih pemimpin ular tersebut.

Nala menundukkan wajahnya, “Salam Nyai, maaf jika saya lancang. Tapi saya butuh kujang itu untuk menaklukan sihir hitam Raja Agung.”

“Kamu ingin mengalahkannya?”

“Betul.” Tutur Nala.

Ningsih menatap Nala sinis, “Jika hanya dengan kujang ini maka lupakanlah. Dia sudah lebih hebat, kamu akan kalah jika mengandalkannya. Dia memiliki kekuatan yang tak terhingga, hanya ibumu yang mampu membuatnya takluk.” Ningsih kemudian melirik kujang tersebut.

“Lalu apa yang harus saya lakukan? Ibu sepertinya tidak berkutik di hadapannya.”

“Itu karena hanya Agung yang mampu menghentikan kutukan yang ada padamu. Jika Ibumu menghabisinya maka selamanya kutukan itu akan ada padamu.”

Lihat selengkapnya