Di tempat lain, Agung tengah berada di sebuah Gunung yang berada di daerah Jawa Tengah. Di sana dia meletakkan Kujang pusakanya untuk memanggil roh para leluhur.
“Datanglah.” Tutur Agung dalam.
Tidak butuh waktu lama, panggilan Agung langsung disambut dengan datangnya beberapa leluhur yang dulunya adalah pemuka dalam perkumpulan mereka. Agung tersenyum lebar melihatnya. Dia menghampiri dengan wajah gembira luar biasa.
“Silahkan silahkan, nikmati waktu leluasa kalian.”
“Kamu masih berada di sini ternyata.” Ujar salah seorang leluhur.
“Aku memanggil kalian karena ada yang harus aku katakan.”
“Apa lagi yang kau inginkan, kami sudah menyerahkan semuanya padamu.”
“Bantu aku melawan Ainur.”
Mereka terdiam seketika bertukar pandang satu sama lain.
“Aku tidak bisa membunuh Nala jika Ibunya masih berada di sekitarnya.”
“Ainur adalah penyihir terkuat sampai saat ini, kamu akan kehilangan banyak pasukan jika ingin melawannya.” Ucap salah seorang diantara mereka.
“Karena itu aku meminta bantuan kalian, aku ingin membalaskan dendamku. Kalian tahu apa yang sudah dilakukan mereka kepadaku.”
“Lalu apa yang akan kamu berikan kepada kami?”
“Kebebasan. Kalian akan bebas dari belenggu yang selama ini kalian alami.”
Salah satu dari mereka kemudian berdengus, “Itu tidak cukup. Resiko yang kami ambil terlalu besar.”
Agung menatap mereka satu per satu, dia mau tidak mau harus mengikuti mereka, “Baiklah, apa yang kalian inginkan?”
“Darah wanita hamil.”
Mendengar hal tersebut membuat Agung memicingkan matanya, dia kemudian tertawa keras, “Hahahahah, jangan bilang kalian ingin melakukan ritual keabadian.”
Mereka lalu menoleh pada satu sama lain, “Kenapa tidak?” Ucap salah satu mereka yang terlihat angkuh.
Agung menaikkan kepalanya menahan kesal, jadi ini inti dari semuanya. Mereka menunggu lama untuk ini, Agung lalu tersenyum, “Terserah, saya juga tidak peduli. Saya setuju, kita sepakat.” Ucap Agung, dia bisa melihat reaksi mereka tenang namun ada rasa lega yang menyelimuti.
***
Nala meminta Tomi untuk menemaninya pergi, kali ini dia ingin menghabiskan waktu dengan lelaki itu. Entah kenapa perasaannya semakin tumbuh, dia pun semakin ingin terus bersama dengan Tomi. Mengajaknya berbelanja, Tomi memegangi semua belanjaan milik wanita tersebut.
“Ini nggak salah, kamu beli sebanyak ini?” Ucapnya sambil kerepotan menjinjing tas belanjaan yang penuh di tangannya.
“Itu bukan hanya untuk saya, untuk semuanya.”
“Iya tapi…”
Nala yang mendengarnya langsung berbalik, “Sstt, jangan banyak bicara. Tunggu sebentar.” Tuturnya lalu memanggil seseorang.
Orang itu berlari menghampiri Nala, “Tolong kamu bawakan semua ini ke mobil.”
“Baik Putri.”
Lelaki dengan jas rapi tersebut kemudian membawakan semua belanjaan yang dibeli Nala.
“Sekarang, mari kita pergi nonton.” Tutur wanita itu memaksa, dia bahkan sama sekali tidak bertanya pada Tomi apakah dia mau atau tidak.
“Hah? Nonton? Sekarang?” Tanyanya heran.
Nala mengangguk, “Ayo.” Ucapnya menarik tangan Tomi.
Masuklah mereka ke bioskop dan menonton film yang sedang diputar. Ternyata pilihan Nala adalah Film horor yang sukses membuat sekujur bulu kuduk Tomi merinding. Sedangkan Nala terdiam tanpa ekspresi, padahal menurut Tomi adegan di film itu begitu menyeramkan. Lalu saat ada hantu yang masuk secara mengejutkan, Nala ternyata kaget. Dia mengalihkan kepalanya ke arah Tomi sambil menutupi wajahnya.
Tomi tersenyum, dia kemudian mendekati telinga Nala, “Kamu takut ya?” Ledeknya sambil senyum-senyum.
Nala yang mendengarnya merasa malu, dia langsung membalikkan tubuh tegak lurus berpura-pura seakan dia tidak melakukan apa-apa tadi.