Agung berdiri melangkah mengelilingi Haira, “Kamu begitu ingin membalas dendammu?”
“Saya mempertaruhkan semuanya untuk datang ke sini. Kalau sampai Anda menipu saya, maka saya pastikan. Anda dan pasukan Anda akan berubah menjadi debu.”
“Oww, janganlah terlalu sensitif. Salahkan mereka karena telah melakukan pengkhianatan sehingga membuatmu kehilangan anakmu.”
Tangan Haira mengepal kuat mendengar ia menyebutkan hal tersebut, membuatnya teringat akan masa lalu, dia menatap Agung begitu tajam, “Jangan membuat saya menyesal datang ke sini.
“Ok, baiklah -baiklah.” Ujar Agung sembari tersenyum, “Aku hanya ingin membantu membalaskan dendammu. Berikan Nala padaku.”
Haira mengerutkan dahinya, berbagai kemungkinan berkecamuk. Dia memang masih memendam rasa dendam pada mereka yang membuat keluarganya hancur. Tapi, apakah semua ini sepadan dengan apa yang dilakukannya sekarang. Ini akan membuat Kerajaan Meghana kacau balau, “Lalu apa yang saya dapat?”
“Ada yang kamu inginkan selain balas dendam?” Ucap Agung sembari mencoba membaca pikiran wanita di hadapannya ini, “Katakan, apa?”
“Berikan saya kujang yang ada di sana.” Tuturnya sambil menoleh pada kujang yang terjaga dengan kotak kaca khusus. Kotak itu telah diberikan sihir agar tidak ada yang bisa mengambilnya.
Agung langsung menaikkan kedua alisnya, “Aku tidak bisa memberikannya. Apapun asal jangan kujang itu.”
“Kalau begitu kesepakatan kita gagal. Saya hanya menginginkan benda tersebut.”
Mata Agung menatap tajam pada Haira, “Kamu mempermainkan saya?” Dia lalu memejamkan matanya beberapa saat, mendekati Haira dan mengancamnya dengan sinar sihir yang ia keluarkan, “Kalau kamu berani mengkhianati saya, akan saya pastikan tidak ada tempat yang bisa kamu pijaki.” Matanya menatap tajam, dia tidak main-main dengan kata-kata yang ia ucapkan. Kujang itu adalah sumber kekuatan yang sangat besar, orang yang memilikinya sudah pasti akan mampu mengalahkan siapapun.
***
Indah bergandengan tangan berjalan di koridor sekolah bersama dengan Raihan. Mereka terlihat begitu bahagia bisa menghabiskan waktu bersama.
“Besok kita ke taman depan sekolah yuk.”
“Kamu mau ngapain kesana?” Tanya Indah.
“Aku mau makan siang dan menikmati udara segar sambil membaca buku, gimana?”
“Oh, boleh juga. Udah lama kita nggak jalan berdua.”
“Ok besok aku jemput pulang sekolah ya?” Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan oleh Indah.
Saat mendekati ruang toilet siswa, mereka mendengar seorang lelaki dan perempuan tengah bertengkar.
“Awas lo ya kalau lo berani ngadu.” Tutur lelaki itu mengancam, “ Foto-foto lo yang ada di tangan gue akan gue sebarin.”
“Lo jahat ya Ri, foto itu aib gue Ri. Lo yang jebak gue dengan minuman sialan itu.”
“Makanya lo jangan ngelawan sama gue. Lakuin apa yang gue suruh, ngerti.” Ucapnya sambil menyentuh wajah perempuan di hadapannya lembut.
Indah dan Raihan sengaja bersembunyi karena ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Lani dan Ari.
Ari kemudian memaksa Lani untuk menciumnya, Lani yang tidak mau sontak membuang wajahnya dan itu membuat Ari semakin marah. Ari menyeringai menatap Lani kesal.
“Dasar perek.” Ucap Ari murka sambil membanting kepala Lani ke dinding.
Indah dan Raihan terkejut, Indah menutup mulutnya tak percaya. Lani yang jatuh terdiam kesakitan, dia tidak bisa berkata apa-apa. Kepalanya pusing dan sakit.
Ari berdengus bengis, “Masih untung gue mau sama cewek busuk kayak lo. Cantik juga nggak, tapi gayanya kayak artis terkenal.” Ari kemudian berlutut meraih dagu Lani, “Lo tuh nggak ada apa-apanya kalau bukan karena orang tua lo yang jadi jongos Bapak gue. Inget itu.” Tutur Ari sebelum pergi meninggalkan kekasihnya.
Mengetahui Ari telah pergi, Indah langsung menghampiri yang diikuti oleh Raiha.
“Lo nggak apa-apa?” Tanya Indah dengan tangan menyentuh bahu Lani.
Lani yang tidak suka dikasihani melepaskan tangan Indah dari bahunya, “Bukan urusan lo.” Jawab Lani ketus, dia berdiri dan dengan cepat melangkah pergi.
“Ye, dasar nggak tahu terima kasih lo.” Teriak Raihan yang diacuhkan oleh Lani. Raihan kemudian menoleh pada Indah, “Aku tahu siapa Ari, dia teman kerja Ayahku. Atasan Ayah Lani.”
Indah mengerti, dia lalu mengalihkan pandangannya iba pada Lani.
***
Hari ini Kerajaan Meghana diwakili oleh Nala mengadakan rapat tertutup dengan Kerajaan Aryan, mereka akan membahas soal kesepakat Kerajaan yang mereka miliki.
“Kami ingin meminta pengurangan atas upah yang kami berikan.”
“Apa?” Tanya Nala, sepertinya dia salah mendengar.
“Mohon maaf Putri tapi keadaan ekonomi kami sedang…” Belum selesai bicara Nala sudah menghentikan ucapan Anjar.