Sampai di bengkel ternyata semua sudah terbakar api, angin malam itu berhembus kencang membuat kobaran api semakin besar. Nala mengeraskan rahang melihatnya, dia sungguh marah. Dengan kecepatan kilat dia masuk dan menyelamatkan Eman. Eman hampir kehabisan napas, David yang juga langsung datang bergerak cepat membawa Eman ke Rumah Sakit.
Nala yang melihat kobaran api dengan kekuatan sihirnya mengambil semua air yang ada di bumi untuk menyiram bengkelnya yang telah porak poranda. Menatap nanar dengan seksama, Nala mengepalkan tangannya kesal. Matanya tajam berkobar api. Satu masalah belum selesai kini masalah baru muncul. Kesabarannya sudah mulai habis. Dengan cepat dia menghilang dari sana.
***
David kewalahan harus menjaga Eman dan mengurusi semua masalah Nala yang tiba-tiba saja menghilang. Setelah membawa Eman ke Rumah Sakit, David sama sekali tidak bisa menghubungi atasannya itu. Dia bahkan kembali ke Istana dan mencari Nala tapi Tuan Putrinya itu tidak terlihat batang hidungnya.
Menghubungi Tomi pun percuma, dia sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi, apalagi keberadaan Nala.
“Nala tidak terlihat sama sekali?” Tanya Tomi.
“Kamu tahu tempat yang mungkin dia datangi?”
Tomi terdiam berpikir, sepertinya dia tahu di mana Nala berada. Dengan cepat Tomi dan David pergi. Dia mencari Nala di sepanjang pesisir pantai yang berada di balik bukit Gunung Semeru itu. Berlari kesana kemari, mata Tomi melihat sebuah cahaya hijau di atas sebuah batu. Batu yang besar nan kokoh, batu itu mungkin berumur ratusan tahun sama seperti Nala, dia dengan kaki menyilang dan tangan yang menangkup ternyata sedang berdoa. Nala bersemedi meminta petunjuk dan kekuatan atas semua hal yang ia alami.
David menggelengkan kepala melihatnya, “Putri, kembalilah. Sedang apa Putri di sana?” Tanya David.
Nala yang sedang memejamkan matanya merasa terganggu, “Jangan berisik, saya sedang meminta petunjuk.” Tuturnya.
“Nala, kami mencarimu kemana-mana. Saya senang kamu selamat.”
Mendengar hal tersebut membuat konsentrasi Nala buyar, dia mengerutkan dahinya dan langsung melompat ke bawah, “Saya belum ada 24 jam menghilang, dan kalian sudah sepanik ini.” Sambil tersenyum meledek, Nala menggelengkan kepalanya.
“Apa yang akan Putri lakukan?” Tanya David.
Nala tersenyum miring, “Saya akan menjalankan tugas saya.” Tuturnya dalam membuat Tomi juga ikut tersenyum. Namun berbeda dengan David, dia terlihat cemas.
Berjalan menyusuri pantai, Nala ditemani oleh Tomi. Mereka bersenda gurau dan tertawa bersama. David memicingkan mata melihatnya, menghela napasnya dalam, dia tersenyum. Nampak jelas kekecewaan di wajahnya, tapi dia tidak ingin menampakkannya.
“Rasanya segar bisa berada di luar setelah semua yang terjadi.”
“Kamu sangat tangguh, saya bangga padamu.” Ucap Tomi.
“Pertarungan ini akan sangat panjang. Saya tidak mau terjadi apa-apa padamu.”
Tomi menggeleng, “Nala, kamu tidak akan bisa melawan mereka sendiri. Kamu butuh pasukan yang lihai dan tangkas. David adalah salah satunya, tapi kamu bukan hanya memiliki dia. Kamu juga memiliki saya.”
“Kamu serius bicara seperti ini? Ini tidak seperti kamu.”
“Memangnya saya seperti apa?” Tanya Tomi membuat Nala terkekeh.
“Ah,” Nala teringat sesuatu, dia lalu bersiul menggunakan mulutnya. Beberapa saat kemudian datanglah seekor kuda hitam begitu tinggi dan gagah. Tubuhnya kekar bagai sebuah baja. Nala langsung menaiki kuda tersebut dan membelainya lembut, “Namanya Windu, dia adalah kuda yang menemaniku sejak kecil.” Tutur Nala. Tapi sayang, Tomi hanya bengong melihat betapa kerennya kuda itu. “Ayo naik.” Ucap Nala.
Tomi langsung kembali ke kesadarannya, dia tersenyum, “Biar saya yang memimpin.” Ucapnya penuh wibawa.
Nala menaikkan alisnya sedikit terkejut, tapi dia langsung mundur ke belakang dan Tomi yang mengendarai kuda tersebut. David yang melihatnya tanpa bicara lagi langsung pergi menghilang dari sana.
“Siap?” Ujar Tomi.
“Tentu.” Jawab Nala.
Tomi langsung mengendarai kudanya kencang, dia sengaja ingin mengetahui sampai mana Nala akan bertahan di atas kuda yang berlari kencang, juga ingin membuat wanitanya itu terkesan. Selesai berkuda kencang, kini mereka mengendarainya dengan romantis.