Destiny Of A Witch

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #31

Hal Yang Seharusnya Tidak Terjadi

Karena tidak berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan, Nala dan timnya akhirnya berpencar tanpa menyadari bahwa pasukan Kerajaan telah berkumpul dan juga menyebar ke pelosok Istana. Nala berpisah dari Galuh yang baru sadarkan, dia bersama Ria mencari dimana keberadaan Raja Agung sedangkan Galuh bersama dengan Soerya mencoba mencari cara untuk bisa mengamankan suasana.

 Namun sayang sekali, saat melintas di depan kediaman Raja Agung, Galuh melihat pintu yang terbuka lebar.

“Apa yang terjadi?” Tanya Soerya bingung.

Galuh hanya terdiam nampak berpikir keras, pikirannya melayang kemana-mana. “Ini bisa gawat jika ada orang yang…” Hatinya belum berhenti mengucap saat prajurit mengepung tempat itu. Soerya terkejut bukan main.

Agung kemudian melangkah maju dan menatap mereka dengan tatapan dengki. Rahangnya mengeras hingga sekujur tubuhnya gemetar, matanya begitu kuat menahan tangis. “BUNUH MEREKA!” Perintahnya tanpa banyak bicara.

Seketika Galuh dan Soerya diserang habis-habisan oleh pasukan Agung. Mereka kalah jumlah dan tentu saja kekuatan mereka perlahan habis. Soerya pontang-panting melawan para Prajurit hingga tubuhnya penuh luka. Keadaan sama buruknya di sisi Galuh, dia terpojok menahan serangan mereka.

Agung lalu menghampiri Soerya, “Keluargamu akan bernasib sama seperti istri dan anakku, aku pastikan itu.” Ancam Agung yang mulai mengeluarkan pedangnya dan ingin menusuk Soerya.

Tapi untungnya pedang Galuh menghalangi itu semua, kini Agung bertambah murka dengan mereka. Matanya tajam menatap Galuh, “Aku menyesal pernah mengenalmu.” Ucapnya dalam.

Sebelum keadaan berubah seperti ini, dulu Galuh adalah orang kepercayaan Agung. Dia berdinas di Istana selama beberapa tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar. Saat itu dia dengan jelas melihat bagaimana kejamnya para petinggi Istana yang memperlakukan rakyat seenaknya dan semena-mena. Mereka diperas, dilucuti dan bahkan dijual untuk dijadikan budak atau wanita penghibur.

Suatu hari, adik perempuan Galuh yang sedang berjalan sendiri tengah malam diambil kesuciannya dengan paksa oleh anak pejabat tinggi yang tidak bertanggung jawab. Adiknya ditemukan dalam keadaan mengenaskan, hampir mati karena kekurangan cairan. Namun keadaan keluarga mereka yang berada di bawah para bangsawan itu membuat Galuh tidak bisa melakukan apa-apa, adiknya juga tidak mau memperpanjang masalah karena hanya akan membuat hidup mereka sengsara.

Galuh bukan berasal dari keluarga tersohor yang memiliki nama. Dia hanyalah anak petani yang beruntung memiliki kepintaran luar biasa yang membuat dirinya direkrut langsung oleh Istana. Agung sangat mempercayai dan menjunjung tinggi dirinya, tapi saat mengatakan apa yang terjadi Agung pun hanya bisa menutup mata dan memberikan Galuh kompensasi dengan kenaikan jabatan,

 “Sahabatku Galuh, aku meminta kau untuk melupakan semua kejadian itu dan bergabunglah denganku. Aku akan menjadikanmu Menteri disisiku, membangun Kerajaan ini menjadi kuat, dan kau akan bersinar bagai bulan.” Rayunya.

Mendengarnya Galuh sungguh kecewa, dia menahan amarahnya dengan sekuat tenaga, “Terima kasih atas tawaran Yang Mulia, namun apalah saya ini yang bahkan tidak bisa melindungi adiknya sendiri. Bagaimana saya bisa melindungi ratusan orang yang ada di sini.”

Agung tersenyum, “Kau sungguh mulia. Ini adalah penawaranku yang terakhir. Setelah ini aku tidak akan menawarkan apapun padamu. Jadilah menteriku dan duduklah di sampingku.” Pinta Agung.

Jawabannya tentu saja ditolak oleh Galuh, dia keluar dengan penuh rasa kecewa. Sejak saat itu dia bertekad untuk merubah keadaan. Dia akan menghukum manusia yang bersalah dan meluruskan apa yang tersesat.

 Kini mereka berhadapan sebagai musuh, Galuh sebenarnya tidak ingin semuanya menjadi seperti ini, “Ini tidak perlu terjadi. Kami hanya ingin keadilan.” Tutur Galuh.

Lihat selengkapnya