David segera menghampiri Nala.
“Ratu, Anda tidak apa-apa?” Tanya David yang hanya dijawab anggukan oleh Nala. Dia tidak punya tenaga bahkan hanya untuk bicara.
David lalu mengangguk pada pelayan Istana yang berada di sana untuk membawa Nala ke ruang perawatan. Melihat ke sekeliling Istana yang hancur, David mengusap peluh keringatnya. Ini akan jadi pekerjaan yang panjang, matanya memancarkan raut sedih mendalam.
Keesokan harinya cuaca begitu menyenangkan, burung berkicau riau merdu. Suasana Istana sudah jauh lebih baik dan upacara pemakaman kembali digelar untuk menghormati kepergian Ainur untuk yang kedua kalinya. Nala berdiri di peti mati sang Ibu menatapnya nanar. Dia sudah tidak bisa menangis lagi, ini sudah menjadi tugas dan takdir yang ia pikul. Dia harus kuat menggantikan Ibunya.
Ria juga datang dan langsung memeluk Nala, dia tahu kalau ini sangat berat. Nala menangis sejadi-jadinya di pelukan sang Kakak. Hanya dia keluarga yang ia miliki sekarang. Upacara berjalan khidmat dan sakral, tubuh Ainur diterbangkan ke langit bersama para leluhur mereka. Nala yang ditemani David dan Haira berjalan pelan kembali ke singgasana. Mereka bertiga duduk dan Nala terdiam masih termenung.
“Yang Mulia, rakyat begitu terkesan dengan perjuangan Yang Mulia. Saya harap Yang Mulia bisa lebih kuat.” Ujar David
“Terima kasih, aku akan segera menemui mereka setelah semuanya selesai,” Ucap Nala lalu mengarahkan pandangannya pada Haira, “Katakan Haira, apa yang sebenarnya terjadi?”
Haira tersenyum lembut, “Saat itu mendiang Ratu Ainur menugaskan saya secara khusus untuk diam-diam masuk ke perkumpulan sihir hitam Agung dan menjadi salah satu dari mereka. Untuk membuat Agung percaya, saya terpaksa membunuh Ratu Ainur yang saat itu kami sudah merencanakan semuanya. Ratu akan berpura-pura mati dan pada saatnya tiba dia akan muncul kembali.”
“Tapi kenapa Ibu tidak memberitahuku?”
“Itu karena dia tidak mau ada orang lain yang tahu. Semakin sedikit yang tahu, maka resikonya akan semakin kecil.”
Nala mengangguk, “Baiklah, aku mengerti.”
Ada yang mengganjal dipikiran Haira, “Saya masih penasaran akan sesuatu?”
“Apa?” Tanya Nala
“Bagaimana Raja Agung bisa kembali? Dan kutukan yang diberikan pada Yang Mulia?”
Nala tersenyum, “Saat aku menancapkan pedang pada Agung, ternyata dia berkata dengan terbata-bata akan sumpahnya padaku. Dia berucap kalau aku tidur dengan seorang laki-laki maka semua yang aku miliki akan sirna, seakan dia tahu kalau aku bukan manusia biasa. Jiwanya tidak tenang karena dendam yang mendalam. Aku dengar dia membuat kesepakatan dengan para Iblis agar bisa kembali dan menghancurkanku.”