Jalanan ini tempat kami mencoba menikmati hidup yang sakitnya lebih sakit dari cambukan.
Jadi jangan heran kalau jalanan banyak orang jahat dan rusak.
***
Suara deru motor memekakan telinga kala angin berembus pelan namun udaranya begitu dingin menusuk menembus kulit. Bunyi ban motor yang berdecit dengan aspal pun ikut menghiasi pendengaran mereka yang berada di lokasi tersebut.
Semua penonton bertepuk tangan riuh diikuti dengan teriakan mereka yang membahana kala pengemudi motor ninja berwarna hijau melewati garis finish.
Pengemudi motor tersebut membuka helm. Garis rahangnya tegas. Kedua matanya berwarna coklat almond. Senyum di bibir tipisnya semakin mengundang para perempuan-perempuan berbaju sexy mendekat padanya. Apa lagi saat tatapan tajam pria itu memperhatikan satu persatu perempuan-perempuan yang mengerumuninya saat itu. Tatapan itu membuat para perempuan yang ditatapnya dengan tajam langsung mengeluarkan kelebihan mereka masing-masing dari segi body.
Pria itu harus memutus tatapannya kala tepukan keras di bahunya membuatnya menoleh kemudian tersenyum lebar.
"Congrats, Steve! Gak salah emang lo dapet gelar Raja Jalanan."
Pria yang ternyata bernama Steve itu tersenyum lebar sembari menerima amplop tebal yang diberikan oleh laki-laki yang tadi menepuk bahunya keras.
"Thanks, ya."
"Yooi. Gue cabut duluan, ya."
Steve mengangguk sebentar kemudian menyalakan motornya membuat perempuan-perempuan yang mengerumuninya merengut.
Steve tak peduli. Karna sejujurnya dia sedang pening sekarang. Steve segera melajukan motornya dengan cepat. Membelah angin malam yang dingin itu dengan kebutan dan kekencangan roda yang membawa tubuhnya pergi dengan cepat.
Saat dirinya berhenti karna lampu merah, matanya melihat seorang nenek tua tidur beralas koran di trotoar jalanan. Saat dirinya hendak turun dari motor, tubuhnya berhenti karna ada satu perempuan yang memberikan selimut pada Nenek itu.
Ujung bibir Steve naik kala melihat Nenek itu yang akhirnya tidak akan kedinginan. Karna lampu merah sudah berganti ijo, dirinya kembali melajukan motornya cepat.
Tak butuh waktu lama bagi Steve sampai akhirnya dia sudah bisa memarkirkan motor ninjanya ke garasi mobil.
Dirinya segera masuk ke dalam rumah berlantai dua itu. Saat membuka pintu kamarnya, dia mendapati satu orang perempuan dengan baju yang sangat sering Steve lihat jenisnya. Dia berdiri menghampiri Steve yang menyeringai.
Setidaknya Steve masih bisa merasakan puas sebelum dirinya terlelap.
***
Steve memandang datar pada perempuan yang menangis di depannya. Dia perempuan semalam, yang dari gerak-geriknya semalam menawarkan tubuhnya untuk Steve.
Tepat saat bangun tidur, dirinya memutuskan hubungan dengan perempuan itu. Dia sudah tau perempuan itu bagaimana. Dia sama. Tak ada bedanya. Dan memang semuanya itu sama.
"Aku pikir kita akan serius, Steve."
"Gue gak pernah serius sama cewek."
Perempuan di depannya itu masih menangis. "Kenapa, Steve? Apa yang kurang dari aku? Aku pintar dalam segala hal termasuk buat nyenengin kamu."
Steve menghela napasnya. "Bukan karna lo kurang apa enggak. Gue emang gak mau nikah."
Perempuan itu menganga lebar, kemudian mengambil tasnya dan menatap emosi pada Steve. "Dasar cowok brengsek lo! Udah gue kasih semuanya sama lo. Kalo gue tau lo gak mau nikah, gue gak akan mau ngelakuin itu sama lo."
Steve yang tadinya datar, sekarang menajamkan kedua matanya memandang perempuan yang sekarang berdiri di depannya. Kemudian Steve ikut berdiri sehingga tepat ada di depan perempuan yang terlihat sedang menelan ludahnya itu.
"Beneran nyesel ngelakuin itu sama gue?" tanya Steve dengan suara seraknya dan tatapan tajam yang seolah menilai.
Perempuan di depannya langsung memeluk leher Steve dengan erat. "Steve," erangnya merapatkan tubuhnya pada Steve.
Steve memutar bola mata dan langsung melepaskan lingkaran tangan perempuan di depannya ini dengan paksa. "Pergi lo. Lo terlalu murah buat gue puasin lagi."