Aku meniup lilin di cake yang mama buat untukku. Aku tersenyum bahagia sambil menatap kedua orang tuaku dan para pelayan yang ada di sekeliling kami. Kedua orang tuaku mengecup pipi tembamku dengan lembut.
“Selamat ulang tahun putri kecil papa yang sangat cantik. Semoga kau bahagia selalu, semoga kau bisa meraih cita – citamu sebagai dokter kelak dan selalu menyayangi papamu yang tampan ini,” ucap papa kepadaku.
Aku terkikik saat papa mengecup pipiku berkali – kali. Aku menghampiri mama yang membuka tangannya untuk memelukku.
“Selamat ulang tahun putriku sayang. Semoga sehat selalu, semoga putriku ini bisa menjadi orang yang sukses kelak. Tidak terasa umurmu sudah menginjak ke 14 tahun sayang,” ucap mama sambil mengecup keningku lembut.
Aku meraih kedua orang tuaku untuk aku peluk. Aku sangat menyayangi mereka berdua melebihi diriku sendiri. Bagiku mereka adalah jiwaku. Oh ya perkenalkan namaku adalah Alisha Adrien Callie. Aku putri dari pasangan Damar Adries Callie dan Alice Andin Callie. Selama hidupku kedua orang tuaku selalu memberikan banyak sekali kebahagiaan, namun itu semua tidak membuatku menjadi gadis manja. Aku memang anak satu – satunya di keluarga ini, namun aku selalu berusaha mandiri karna aku tidak ingin membuat kedua orang tuaku cemas dan kesulitan karna sikapku. Aku selalu diajarkan oleh kedua orang tuaku untuk hidup sederhana walaupun keluarga kami memiliki segalanya. Kedua orang tuaku tidak menginginkan aku menjadi sosok yang buruk. Aku bersyukur bisa hidup di tengah keluarga sesempurna ini.
*/*
Aku membuka mataku saat mendengar suara keras di luar kamarku. Perlahan aku turun dari tempat tidur sambil memeluk teddy bearku. Tapi saat baru saja aku meraih handel pintu, seseorang ada yang membukanya lebih dulu dari luar. Aku melihat mama menghampiriku dan memelukku. Aku merasakan kegelisahan yang mama rasakan. Sekujur tubuhnya di basahi peluh. Aku tahu ada sesuatu yang sedang terjadi saat ini.
“Mama? Ada apa? Kenapa mama berkeringat begini?” Tanyaku bingung.
Dia melepaskan pelukkannya sambil menatapku dengan tatapan sedihnya. Mama mengecup kedua pipiku dan keningku. Aku merasa khawatir saat ini karna mama seperti ingin mengungkapkan perpisahan kepadaku. Dia membawaku ke tepi tempat tidur.
"Berjanjilah apapun yang terjadi jangan keluar dari persembunyianmu. Kami mencintaimu lebih dari apapun. Jangan menyerah dan teruslah berjuang untuk hidup," ucap mama yang membuatku semakin bingung dengan apa yang sedang terjadi.
Mama mengarahkanku untuk bersembunyi di kolong tempat tidurku. Dia menutup sela kolong dengan selimutku. Aku ingin sekali bertanya, namun mama tidak memberiku kesempatan. Aku sempat menarik tangannya untuk ikut bersembunyi bersamaku. Aku benar – benar takut sendirian di sini saat ini.
“Mama aku mohon ayo bersamaku bersembunyi,” ucapku panik.
“Tidak nak. Mama tidak bisa ikut denganmu. Kau harus sembunyi dan jangan mengeluarkan suara sedikitpun. Tolong lakukan ini demi mama dan papa nak,” ucapnya sedih.
Mama berusaha mendorongku masuk dan merapihkan selimut yang menutupiku. Aku mendengar suara dobrakkan pintu yang sangat keras. Hampir saja aku memekik karna terkejut. Aku bisa mendengar suara teriakkan mama yang membuatku semakin ketakutan. Dari sela - sela selimut yang menutupi tempat tidur aku bisa melihat mama merenggang nyawa. Darah mengalir membasahi lantai kamarku. Darah itu mengalir mendekatiku dan mengotori bajuku. Aku masih terpaku melihat tubuh mama yang tertancap pisau. Dia menatapku dan tersenyum lembut menenangkanku. Aku menangis dalam diam. Aku tidak tahu harus bagaimana untuk menyelamatkannya. Andai aku punya keberanian untuk keluar dan menghampirinya, namun aku teringat kata – kata mama yang memintaku tidak keluar dari persembunyianku. Aku melihat cahaya di mata mama menghilang. Aku membekap mulutku untuk menahan isak tangisku. Bau amis darah menyebar dan semakin membuatku ketakutan. Aku hanya bisa diam menatap mama tidak berkedip. Semua terasa seperti mimpi. Baru beberapa jam lalu kami merayakan ulang tahunku bersama papaku yang baru pulang dari luar kota. Aku berusaha menahan isak tangisku. Aku hanya bisa berharap bantuan cepat datang untuk menolong mama dan papa. Aku tidak ingin kehilangan mereka.
*/*
Aku menatap kosong pada kedua kuburan orang tuaku. Aku hanya bisa menangis dalam diam menatap mereka yang pergi meninggalkanku sendiri. Rasanya aku tidak akan bisa bertahan sendiri di dunia ini. Aku masih terlalu muda untuk hidup sendiri di dunia tanpa mereka. Aku hanya bisa berdoa ini hanya mimpi burukku. Aku akan melakukan apapun demi membuat semua mimpi ini menghilang. Aku merasa ada yang memegang bahuku dengan lembut.
"Alisha ayo kita pulang," ucap wanita itu.
Dengan lemah aku menggeleng menolaknya. Aku tidak ingin meninggalkan kedua orang tuaku. Aku hanya ingin bersama mereka. Saat ini aku tidak tahu harus bagaimana menjalani hidup tanpa kedua orang tuaku. Aku bingung harus melakukan apa. Wanita yang memanggilku tadi merangkulku dan membantuku berdiri.
"Aku Clara pengacara orang tuamu. Aku akan membantumu menjalani hidupmu. Kita sekarang harus pulang. Aku yakin kau sangat lelah saat ini," ucapnya lembut.
Clara membimbingku pergi. Aku menatap kedua kuburan orang tuaku dengan sedih. Aku ingin hanya mereka yang membantuku. Mengapa Tuhan memisahkan kami secepat ini.
*/*
Clara memberikanku secangkir teh hangat untuk menenangkanku. Dia menggenggam tanganku dengan lembut. Aku benar – benar tidak bisa merespon apa yang dia lakukan untukku saat ini. Aku masih belum bisa percaya kenyataan ini kalau aku sudah kehilangan kedua orang tuaku yang aku sayangi. Hanya mereka yang aku miliki, tapi mengapa mereka harus pergi dariku?
"Aku akan membacakan wasiat untukmu dari kedua orang tuamu. Apa kau sudah siap?" Tanyanya.