Aku mendengar suara teriakkan yang mengerikan dari luar kamarku. Aku mencoba mengintip dari sela pintu yang berbentuk jeruji. Aku melihat ada seorang anak yang nampaknya baru saja datang kemari sedang di seret memasuki kamar yang berada di sebrang kamarku. Anak laki – laki itu nampak ketakutan dan memohon untuk dilepaskan. Aku sempat melihat para staf wanita yang memukulinya karna dia tidak ingin diam. Anak laki – laki itu pingsan setelah menerima begitu banyak pukulan dari para staf panti. Aku menatap anak itu yang nampak tidak bergerak sedikitpun. Pintu di tutup dengan keras. Salah satu staf panti ada yang menoleh kearahku. Aku langsung menghindar dengan membungkukkan tubuhku dan berjalan pelan menuju ranjangku. Aku pura – pura tidur di tempat tidurku saat ada staf yang berusaha mengintip ke dalam kamarku. Aku bisa bernafas lega saat staf itu pergi. Aku merasa iba kepada anak itu. Dia harus terjebak di tempat yang sangat mengerikan seperti ini. Aku berdoa semoga dia kuat menghadapi semua hal di sini. Mengapa semua orang nampak tega membuang kami ke tempat semengerikan ini. Apa mereka bernasip sama denganku? Apa tidak ada cara lain untuk membuang kami. Setidaknya jangan siksa kami dengan meninggalkan kami di tempat penyiksaan ini. Mungkin kematian akan lebih baik untuk kami.
*/*
Keesokkannya saat pintu kamarku terbuka, aku bersiap keluar kamar. Aku melihat anak yang ada di sebrang kamarku sedang di seret mengikuti salah satu staf panti. Sepertinya anak itu akan di bawa ke salah satu kelas untuk mengikuti pelajaran. Aku berjalan cepat menuju kelasku. Aku melirik bangku yang di pakai oleh murid yang mati kemarin. Aku masih ingat kejadian mengerikan itu. Perlahan aku menutup mataku untuk menghilangkan bayangan mengerikan itu. Sebenarnya kalau boleh jujur aku penasaran dengan mayat anak itu. Aku mencoba menebak apa yang staf panti lakukan kepada mayat anak – anak yang mati. Apa mereka di kubur dengan layak atau tidak? Suara benda jatuh membuatku semakin menunduk ketakutan. Aku mencoba melirik apa yang terjadi. Ternyata anak yang tinggal di sebrang kamarku juga masuk di kelas ini. Dia menempati tempat duduk yang pernah di tempati anak yang mati kemarin. Aku melihat bahunya yang nampak naik turun secara cepat. Aku juga melihat tubuh ringkihnya bergetar ketakutan. Tidak lama kemudian guru yang akan mengajar kami datang. Anak itu nampak ketakutan saat guru menyuruhnya menjawab pertanyaan yang dia ajukan. Aku merasa khawatir melihatnya. Kalau dia tidak bisa menjawab maka dia akan berakhir dengan di pukuli. Aku berdoa semoga dia bisa melakukannya. Aku tidak bisa menolongnya karna aku sendiri takut bila terjadi sesuatu karna aku berusaha menolongnya. Semua anak juga hanya diam menunduk takut sambil menunggu keajaiban yang bisa menolong kami keluar dari sini.
“Salah, karna itu akan ada hukuman untukmu karna kau salah menjawab pertanyaan semudah ini!” Ucap guru itu sambil mendorong anak itu sampai terjatuh di lantai.
Aku masih menunduk takut saat mendengar suara pukulan itu. Dari suara rintihan dan pukulan itu bisa membuatku merasakan rasa sakit yang di alami anak itu saat ini. Aku berdoa semoga dia kuat menghadapi ini. Dia terus berteriak kesakitan. Aku menutup kupingku untuk mengurangi rasa takut. Aku benar – benar tidak tega mendengar jeritan kesakitannya. Rasanya aku hampir hilang akal dan ingin sekali membalas semua perlakuan staf panti, namun aku tahu aku tidak akan bisa. Aku takkan sanggup melawan mereka.
*/*
Saat malam ada yang membuka pintu kamarku. Aku terbangun dan menatap ke arah staf panti yang nampak memasuki kamarku. Aku menatapnya dengan takut saat dia semakin mendekatiku. Tidak biasanya ada staf yang memasuki kamarku selarut ini tanpa ada tujuan mengerikan.
“Kau ikut aku,” ucapnya dingin.
Aku langsung menghampirinya untuk mengikutinya. Aku tidak bisa membuatnya menungguku lama. Aku tidak mau terkena masalah karna kemarahannya. Dia menggiringku memasuki sebuah kamar. Staf wanita itu mendorongku ke ranjang dengan kasar. Tiba – tiba dia menerjangku dengan kasar. Aku yang terkejut berusaha melepaskan diri, namun dia menamparku dengan keras.