FAKRI
AYAHKU ADALAH MANUSIA PALING TAK BERGUNA di dunia ini. Ibuku pernah bilang kalau dia adalah putra satu-satunya di keluarga, tapi tamat SD pun dia tidak. Tidak mau, sebenarnya. Dia lebih suka kabur, menjelajah hutan dan kota, makan sesuatu yang bukan makanan dan berburu prasmanan hajatan orang. Tak punya mimpi, tak punya tujuan hidup, tak punya apa-apa selain cengiran tolol.
Sebaliknya, ibuku adalah gadis paling serius dan ambisius. Di keluarganya sendiri, dia merupakan satu-satunya anak wanita, tapi sifatnya macam ular yang mematuk saudara sendiri. Dia suka belajar, suka sekolah, dan punya cita-cita setinggi galaksi. Sayangnya, hal inilah yang buat dia terpilih sebagai wanita paling tak beruntung. Dia diembankan sebuah misi bunuh diri: mengubah ayahku jadi orang waras.
Aku bisa bayangkan kengerian yang Ibu alami waktu itu. Ini sama saja macam usaha menginsafkan Nita si Sahabat Satwa (Nita si Satwa, kalau kepanjangan).
Hobi ayahku yang paling berengsek adalah menari tango bersama sang Maut, di mana satu langkah salah bisa membuat jantungmu pensiun. Banyak petualangan yang dia lakukan di masa muda, semuanya tiada manfaat ataupun faedah. Orang-orang mengutuknya buat mati secara tak wajar—dan memang.