Detik Masa

Nurul Jefa
Chapter #16

Tentang Waktu

  “Jadi, apa yang harus aku lakuin, San?”

  “Gini deh, nanti aku coba main ke rumah kamu boleh kan? Aku coba ketemu sama orang tua kamu dan bicara dari hati ke hati. Paling tidak sama mama kamu dulu.”

  Tiara menyetujui saranku. Walaupun aku sendiri kurang yakin dengan ideku ini. Karena tidak semudah itu kedua orang tua Tiara akan luluh dengan ucapan anak-anak sepertiku. Tapi aku harus mencobanya. Paling tidak dengan mamanya dulu, karena hati seorang ibu biasanya lebih peka.

  Sudah pukul 3 sore. Kak Jian masih belum juga datang. Kabar darinya pun tidak ada. Aku sudah mencoba untuk menghubunginya tapi tidak ada respon. Apa sebaiknya aku pulang naik bus saja, tapi jika Kak Jian mencari bagaimana. Aku mulai cemas, biasanya tidak pernah seperti ini.

  “Gimana, San? Udah ada kabar dari Kak Jian?”

  Aku menggelengkan kepalaku. Pesan tidak dibalas telfon pun tidak diangkat. Aku takut terjadi sesuatu dengan kakakku. Aku akan menunggunya sebentar lagi.

  “Tiara pulang duluan aja, kasihan kalau harus ikut nunggu di sini.”

  “Pulang, buat siapa juga aku pulang, San. Mendingan sama kamu di sini.”

  Ucapan Tiara ada benarnya juga. Masih sore begini pasti hanya ada bibinya saja di rumah. Tiba-tiba Hp Tiara berbunyi. Sepertinya ada panggilan masuk. Ada seseorang yang mengkhawatirkannya di balik telfon. Karena sampai sore begini Tiara belum pulang. Pasti itu bibinya. Tiara hanya berkata bahwa dia masih di sekolah dan meminta agar jangan terlalu mengkhawatirkan dirinya kemudian menutup telfonnya.

  “Bukannya mama sama papa yang khawatir nanyain kondisiku. Tapi malah bibi. Aneh kan?”

  Aku hanya bisa tersenyum dan memintanya untuk bersabar. Selang beberapa menit Kak Jian datang. Dengan wajahnya yang panik dan tergesa-gesa. Sontak aku menanyakan apa yang terjadi. Ternyata hanya karena dia terlambat menjemputku. Tidak merespon pesan dan panggilanku karena sedang berada di jalan. Syukurlah tidak terjadi apa-apa dengannya.

  Aku dan Kak Jian mengantar Tiara sampai tempat parkir. Karena supir yang menjemputnya berada di sana. Sebenarnya sudah sejak jam pulang sekolah tadi, tapi karena Tiara masih ingin menemaniku menunggu Kak Jian datang, mau tidak mau supirnya juga harus ikut menunggu.

  Setelahnya aku dan Kak Jian bergegas pulang. Karena ibu pasti sudah menunggu di rumah. Seperti biasa, Kak Jian memasangkan helm untukku. Perhatian sekali bukan. Beruntung sekali seseorang yang bisa mendampingi hidupnya nanti.

***

  Sampai di rumah kondisi rumah sepi. Pintunya terkunci. Sepertinya ibu sedang tidak ada di rumah. Dan seperti biasa, ibu meninggalkan satu kunci cadangan di salah satu pot bunga. Aku mencarinya, setelah kutemukan segera kubuka pintu. Sembari menunggu Kak Jian memarkirkan motornya aku menelfon ibu. Ternyata beliau pergi ke kantor ayah untuk mengantar makanan. Karena hari ini ayah lembur jadi tidak bisa pulang cepat dan makan malam bersama di rumah. Terpaksa malam ini kami hanya makan bertiga. Jika akhir bulan pasti seperti ini, ayah harus lembur di kantornya karena tugas pembukuan.

Lihat selengkapnya