Detik

Vidharalia
Chapter #3

Detik 01 - Hal Yang Sulit

Detik 01 - Hal Yang Sulit

Bagi beberapa orang, melepaskan sesuatu adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Terlebih jika ada banyak kenangan tersendiri yang menjadi sejarah terbentuknya kenyamanan. - Aletta Aditama.

Gadis berambut sepunggung dengan wajah oval itu menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Dengan tatapan yang masih tidak percaya dengan keputusan sang Mama yang baru diujarkan sehari yang lalu.

"Ma, kenapa kita harus pindah sih? Kan di Bandung jauh lebih nyaman daripada di Jakarta," Protesnya sedikit kesal. Gadis itu mendengus kesal dan dengan nada yang masih jengkel ia melanjutkan.

"Terus sekolah aku juga pindah? Kan aku baru masuk beberapa bulan. Kalau nanti aku susah dapet temen gimana?"

Bu Tiara, nama ibu dari si gadis, menolehkan kepalanya sekilas. Kemudian kembali fokus dengan aktivitas mengemas barang-barang untuk kepindahannya nanti. Mengacuhkan pertanyaan beruntun dari putrinya tersebut.

"Ma,"

"Kumat deh lebay-nya, kebiasaan. Lagipula kita kan cuma pindah kota, bukan pindah planet ataupun alam." Balas Bu Tiara pada putri bungsunya.

Sedangkan anak perempuannya yang tengah bercakap dengan Bu Tiara memutar bola matanya malas. Mamanya itu selalu bercanda bahkan diwaktu serius seperti ini. Gurauan sang Ibu bukannya membuat gadis itu terhibur, justru memberenggut kesal, apalagi saat melihat kamar orang tuanya sudah hampir kosong.

Dalam hati ia merutuki kakak laki-lakinya, Alkan. Karena tidak mau bekerja sama untuk membujuk kedua orang tua mereka agar mengurungkan niatnya yang ingin pindah.

Bu Tiara menoleh ke arah putrinya. "Lah, ini anak kenapa diem aja? Beres-beres gih, nanti kalau ada yang ketinggalan Mama gak tanggung jawab loh ya."

Memulai kehidupan baru, bukannya ia tidak suka, gadis itu sangat menyukai segala hal yang baru. Hanya saja jika pilihannya meninggalkan rumah ini, ia lebih memilih untuk tetap tinggal. Rasanya ia ingin menangis jika harus meninggalkan rumah bersejarah yang sudah ditinggali olehnya sejak masih kecil dan akan menjadi milik orang lain. Terlalu banyak kenangan yang harus Aletta lepas, dan ia belum siap dengan hal itu.

Sifat keras kepalanya sedang memenuhi hatinya sekarang. Sebut saja gadis itu Aletta.

Ya, Aletta Aditama. Sosok gadis berparas cantik dengan kulit putih dan rambut sepunggung yang sedikit berwarna coklat.

"Ma, Aletta tinggal disini aja sama nenek ya. Mama, Papa, sama Alkan aja yang ke Jakarta," Aletta memandang mamanya lekat-lekat. "Nanti kalau libur Aletta kesana deh, janji." Bujuknya berharap Bu Tiara akan menyetujui opininya kali ini.

Bu Tiara menghembuskan nafasnya berat. "Sayang, bukannya mama larang kamu tinggal sama nenek. Tapi mama akan lebih tenang kalau kamu mama yang urus,"

"Aku udah gede, Ma. Pasti bisalah ngurus diri sendiri,"

"Enggak, Aletta. Nanti pergaulanmu bisa bebas, kamu aja suka pulang malem sekarang, gimana kalau gak ada mama? Gak pulang kali,"

Aletta memanyunkan bibirnya merajuk. "Kan aku gak kelayapan kemana-mana, palingan kalau main cuma ke rumah Sheril doang, itu pun main Uno bukan ke Club."

"Nah kan, kalau gak ada mama pasti dugem,"

Aletta sontak menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Ya ampun, enggaklah! Kan aku anak Solehah,"

Lihat selengkapnya