Detik 03 - Kasus
Cinta tak mengenal waktu, ia bisa datang kapan saja dan dimana saja. Seperti sebuah soal rumit yang rumusnya sulit dipecahkan, dan tidak semua orang bisa menyelesaikannya.
Ketika bel istirahat berdering, secara bergerombol murid di SMA Tunas Bangsa keluar kelas dan berjalan menuju tempat yang mereka mau untuk menghilangkan penat. Seperti yang dilakukan oleh Regan, Angga, Ghani, dan Nevan. Cowok-cowok itu kini tengah bercanda gurau sembari menyusuri koridor menuju kantin.
Kabar bahwa adanya murid baru sudah menyebar luas seantero sekolah. Apalagi untuk anak laki-laki, mendapat kabar akan adanya tambahan stock gadis cantik disekolah, tentu saja membuat mereka senang bukan main. Bahkan sudah ada yang stalking, mencari nama, asal, dan juga kelas yang ditempati Sekarang.
"Aletta Aditama, kepindahan dari Bandung. Dan juga lahir di Bandung dua puluh tujuh Oktober, sekarang kelas X IPA 2. Cantik? Tentu. Putih? Iya. Manis? Udah pasti,"
Angga menggelengkan kepalanya heran pada Ghani. "Ghan, Lo stalking atau mau bikin buku geografi anjir?"
Ghani hanya terbahak-bahak saja. "Itu cewek yang ribut Ama Regan tadi pagi,"
Regan yang berjalan didepan Ghani sontak memutar kepalanya beberapa derajat hingga matanya bertemu. "Gue ribut Ama tiga cewek tadi pagi,"
Ghani menyengir, "Oh iya ya,"
"Biasa, pikunnya Ghani kambuh." Celetuk Nevan.
"Emang pada dasarnya udah tuir,"
"Kok gue mulu yang kena bully?" Ghani menatap ketiga temannya tajam. "Sekali-kali gitu Regan,"
"Enggak deh makasih," balas Angga tersenyum hambar.
"Gue juga gak mau," sahut Nevan.
"Whyyyy?" Nada alay Ghani terdengar. Membuat suasana makin nyaman untuk digunakan sebagai candaan.
"Masih mau idup gue," Jawab Nevan dan Angga serempak. Kemudian memandang Regan yang tak merespon apapun, hanya menatap datar ke arah depan. Tinggal beberapa langkah lagi mereka sampai di kantin.
"Surgaa, babang Ghani datang!" Ujar Ghani kala mereka sudah memasuki area kantin.
Tidak selang beberapa lama ketika mereka memasuki kantin, tatapan Regan terkunci pada sosok yang tengah duduk manis sendiri disalah satu kursi kantin, bagian depan. Langkahnya makin memberat, apalagi ketika sosok yang sama menatapnya juga.
Aletta diam tak bersuara, hanya membalas pandangan mata Regan. Gadis itu seperti memasuki labirin rumit yang penuh dengan rahasia, manik Regan menyimpan banyak hal yang ia sembunyikan. Sampai Regan sudah menjauh darinya, Aletta baru bernafas walaupun sedikit sulit. Tatapan lekat pemuda tadi membuatnya lupa untuk bernafas.
Amarta sedang membeli minum, dan Adena membeli makan. Mereka berdua membagi tugas, sedangkan Aletta disuruh diam menjaga tempat. Seorang tamu tidak boleh melakukan apapun, itulah prinsip Amarta.
Tamu ataupun pendatang baru adalah Raja.
Setelah Amarta dan Adena selesai memesan, mereka balik mendapati gelagat aneh dari Aletta.
"Kenapa?"
"Gak tau, ada orang natap gue serem gitu."
"Siapa?"
"Entah," balas Aletta seraya menggedikan bahu tidak tahu.
"Lah kok gak tau?"
"Please deh, gue anak baru. Gue belum kenal sama semua orang disini," jawab Aletta sedikit gemas. Walaupun ia berdusta, sejujurnya Aletta tau siapa yang menatapnya tadi. Tapi perkataannya tidak sepenuhnya berbohong, gadis itu memang benar belum mengenal murid disini kecuali teman sekelasnya.
"Astaga," Aletta memijat pelipisnya pelan. "Gue lupa konfirmasi data diri ke TU."
"Ya Allah, Al. Kok bisa lupa gitu sih."
"Ya udah gue kesana dulu ya," pamit Aletta.
"Kita temenin ya?"
"Gak usah," Aletta tersenyum lembut. "Gue tau kok ruangannya dimana, kalian makan aja."
Kemudian Aletta pergi, menjauh dari area kantin. Berjalan seorang diri memang tidak menyenangkan bagi Aletta, tapi mau tidak mau harus dijalani. Gadis itu tidak mau membiarkan kedua temannya untuk tidak makan sebab menemani dirinya.
****
Ponselnya sejak tadi terus bersuara, walaupun Aletta sudah silent, tetap saja benda pipih itu bergetar. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk mengecek ada apa dengan chat-nya.
Damn...
426 notification.
Aletta membuka satu persatu notifikasi tersebut. Gadis itu nampak sibuk sekali dengan ponselnya hingga ia tidak sadar saat menaiki anak tangga.