Detik 04 - Pulang
Dari sekian banyak populasi manusia di dunia ini. Kenapa harus dia?
Amarta tersenyum sumringah ketika memasuki kelas. Wajahnya menunjukan bahwa dirinya sedang bahagia yang tiada tara. Hal itu mampu menarik perhatian Aletta dan Adena untuk bertanya-tanya.
"Aaaa," Amarta menghempaskan bokongnya pada kursi. "Gila, gila, gila!"
"Gue seneng bangeetttt!" Amarta berteriak kegirangan.
"Kenapa sih?" Tanya Adena mulai kepo.
"Zico ngajak gue ke cafe nanti pas pulang sekolah,"
"Loh," Adena mengernyitkan keningnya heran. "Ini kan bukan sekali dua kali lo jalan sama dia, kenapa senengnya ampe segitunya?"
"Ya walaupun gue sering pergi sama dia, tetep aja seneng kalau diajak pergi. Lo jomblo sih, sulit mengerti," Jawab Amarta sekalian meledek temannya itu.
Aletta tertawa pelan. "Bahagianya ampe ke kromosom,"
"Emang ya, big baby gue itu selalu buat gue terbang,"
"Hmm..." Aletta memutar bola matanya. "Mulai kan tuh bucinnya,"
"Bosen gue denger dia ngomongin si lovely sweety honey bunny nya mulu," Adena ikut mencibir.
"Btw, kalian berdua diajak juga sama Kak Zico,"
"Buat apa?"
"I don't know," Amarta menggedikan bahu tidak tahu. "Dia cuma nyuruh gue ajak kalian aja,"
"Ah males ah, entar jadi nyamuk lagi." Sindir Adena kejam.
"Ada temen-temennya Zico juga elah, kalau Lo gak mau jadi nyamuk,"
"Idih, ogah gue!" Aletta menggeleng kuat-kuat.
"Ayolah..." Amarta menatap kedua temannya dengan tatapan memohon. "Pleaseee,"
"Sekali-kali temenin gue gitu,"
"Gak," tolak Adena cepat.
"No no no," Aletta menolak juga.
"Kalian gak kasihan sama gue, cewek sendiri diantara cowok. Kakak kelas pula, kan malu," Gerutu Amarta. "Ya untung ganteng."
"Selagi ada pangeran kesiangan Lo itu, gak mungkin Lo diapa-apain sama mereka ber-empat."
"Demi kingkong yang ada di Bikini Bottom, Lo minta gue jitak ya?" Aletta menggeram gemas.
"Gue gak mau berurusan sama para senior disini," Ungkap Adena yang mendapat anggukan setuju dari Aletta.
"Apalagi gue, anak baru yang belum mengenal banyak tentang sekolah ini. Yakali tiba-tiba bersangkutan dengan Senior," Aletta menaikan kedua alisnya sedetik. "Males gue,"
Spontan mata Amarta memicing tajam. "Gak mau berusuan sama para senior atau dia?"
"Berisik!"
"Tega Lo berdua sama gue," Rajuk Amarta.
Adena dan Aletta kompak berdecak jengkel kemudian mengangguk.
"Iyain aja deh gue, sekali-kali nonton perbucinan Amarta dan Kak Zico,"
"Udah berkali-kali gue nonton, Ampe eneg sendiri bawaannya." Sahut Adena pura-pura mual.
"Jadi temen jahat banget,"
"Iya iya gue ikut, dasar bawel."
Kemudian Amarta terkekeh geli mendapati kedua temannya kesal seperti itu. Padahal dalam hatinya terus bertanya, untuk apa kekasihnya itu mengajak temannya. Apalagi katanya, untuk Aletta diwajibkan ikut. Seperti ada yang tidak beres, Zico tidak pernah bercakap sekalipun seperti itu sebelum Aletta datang ke SMA Tunas Bangsa.
'Apa Zico mau selingkuh?' Batin Amarta mendadak tidak enak. Ia menatap Aletta dengan raut wajah suntuk, perasaannya Sekarang sulit untuk dijelaskan.
****
Tawa puas dari Aletta dan Adena menggelegar untuk Amarta yang sedari tadi cemberut sebal. Meledek Amarta menjadi kesenangan tersendiri bagi Aletta dan Adena, rasanya sangat seru. Mereka bertiga berjalan memasuki Cafe, dengan perasaan aneh Aletta memelankan langkahnya.
Zico melambaikan tangan kepada Amarta sebagai kode bahwa mereka akan duduk disana. Triple-A itu mulai mendekat kearah kubu pemuda yang daritadi menjadi perhatian pengunjung Cafe.