Detik 05 - Care
Khawatir itu bisa dikatakan sebagai perhatian kecil. Dan hal itu dapat membuat seseorang merasa berharga.
Hari kedua Aletta masuk di SMA Tunas Bangsa sudah dibuat heboh saja. Seantero sekolah memperhatikan gelagat Aletta dari ia baru masuk gerbang hingga panik di kelas seperti itu. Beberapa menit yang lalu ketika gadis itu baru masuk kelas, mejanya dipenuhi dengan coklat dan juga bunga. Tidak hanya itu, lokernya yang tidak ia kunci pun dipenuhi hal serupa. Untuk beberapa perempuan mungkin itu adalah hal yang romantis, namun tidak dengan Aletta.
Dengan jarak sekitar tiga meter saja wajahnya sudah mulai memerah. Gadis itu tidak mau duduk dibangkunya, dan yang ia lakukan hanyalah berdiri dari jauh dengan perasaan yang kian gelisah.
Adena dan Amarta yang melihat respons teman barunya seperti itu menjadi khawatir. Padahal beberapa menit yang lalu mereka ikut senang kala mengetahui temannya itu mempunyai banyak penggemar, padahal baru dua hari masuk sekolah.
Sebuah rekor terbaru di Tunas Bangsa, karena ini pertama kalinya ada kejadian seperti itu, dan rekor tersebut langsung dicatat oleh pemimpin lambe turah yang selalu mengisi Mading dengan hal yang tidak berguna. Padahalkan Mading sekolah berisi tentang informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan sebagainya.
Koridor makin ramai, sebanyak tiga kelas sekaligus menonton apa yang sedang terjadi. Ada yang mengintip dari jendela sampai rela memanjat demi melihat Aletta. Biasanya itu adalah orang-orang yang kepo dan biangnya gosip. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk keluar kelas dan berdiam diri diambang pintu dengan perasaan yang makin tidak karuan.
"Kenapa nih rame?" Tanya Angga ikut penasaran. Cowok itu sengaja mengajak Regan untuk ke koridor lantai dua, guna mengantarkan sesuatu pada sang pujaan hati temannya, Aletta.
"Aletta panik dan gak mau duduk pas tau di loker dan kolong mejanya banyak bunga dan coklat," cakap salah satu murid yang menjadi saksi mata dari awal kejadian. Biasa, tipe-tipe lambe turah.
Regan yang melihat wajah Aletta memerah ikut khawatir. "Lo kenapa?"
Aletta melirik sekilas lalu berusaha tidak peduli dengan kehadiran Regan dihadapannya. Gadis itu masih ingat peringatan kedua temannya untuk berhati-hati pada Regan. Ia tidak ingin perkataan Amarta dan Adena terjadi pada dirinya, bisa saja hal fatal akan menimpa dirinya, walaupun persisnya tidak tahu kapan. Tidak ada yang bisa menduga kejadian seperti itu.
"Hei," Regan berusaha membuat Aletta menatapnya, karena dari tadi gadis yang ia ajak berbincang itu mencoba untuk mengacuhkannya.
Aletta masih terdiam, dia merasa tidak enak sejak Regan menyatakan perasaannya dengan caranya sendiri. Dan itu pertama kalinya Aletta tahu, jika ada seseorang yang mengungkapkan seperti itu. Tanpa ekspresi apapun, tidak romantis, dan yah... Sulit dijelaskan.
"Lo kenapa?" Regan menegaskan pertanyaan yang tadi.
"Alergi bunga,"
"DEMI APAA?" Semua yang berada di koridor maupun kelas tercengang saat mendengar jawaban Aletta. Pantas saja ia tidak mau duduk ditempatnya. Orang-orang pada histeris terutama para kaum Adam, berteriak heboh dengan keadaan sang bidadari sekolah.
"Tunggu sebentar," Suruh Regan kemudian masuk ke kelas Aletta.
"Tempat duduknya dimana?"
Noah, si ketua kelas X IPA 2 menunjuk arah kursi yang ditempati Aletta sejak kemarin. Regan mengangguk lalu berjalan ke arah yang ditunjuk Noah.
Ini adalah salah satu kebiasaan Regan, yaitu membersihkan kolong mejanya yang penuh dengan bunga, surat, dan coklat, sama seperti Aletta. Namun bedanya tak ada yang bisa memasuki semua hal itu kedalam loker miliknya. Karena Regan tak pernah lupa untuk menguncinya. Ia belajar dari kesalahan yang telah lampau, ketika dirinya masih duduk di bangku kelas sepuluh juga seperti itu. Makanya hari esoknya ia langsung mengunci dan selalu seperti itu, tidak pernah lupa.
"Untuk coklat Lo mau?"
Aletta menggeleng menolak. Detik berikutnya gadis itu nampak seperti orang yang mual. "Gue nggak suka coklat,"
Akhirnya Regan memberi itu semua pada Angga yang melongo kaget. Kebiasaan Regan! Dan hal itu semua tidak dapat ditampung dengan tangan Angga.
Hatsyim...
Semua mata kembali memandang ke arah Aletta. Mata gadis itu memerah, begitupula dengan hidungnya.
"Duh, gak tahan." Gumam Aletta sembari mengucek-ngucek hidungnya.
HATSYIMM...
"Mau gue anter ke UKS?"
Aletta menggeleng. "Gak usah, gak apa-apa."
Dan kedua manusia itu tidak luput dari perhatian orang-orang. Semuanya tercengang kaget, karena pasalnya orang yang kejam seperti Regan menjadi lembut kepada Aletta. Berubah drastis sebanyak 180°.
HATSYIMM!
"Gak usah keras kepala deh!" Bentak Regan tiba-tiba. Hal itu membuat Angga makin cengo.
'Dasar bodoh!' Batin Angga untuk Regan.
Di kesan pertama mereka sudah buruk, dan sekarang Regan memperparah kondisi hubungannya. Siapa yang mau dengan orang yang menyebalkan dan selalu mengajaknya bertengkar?