Detik

Vidharalia
Chapter #9

Detik 07 - Kembali Seperti Semula

Detik 07 - Kembali Seperti Semula

Kata orang, Untuk membuat dia jatuh cinta, aku harus membuatnya tertawa. Entah aku yang salah cara atau memang perkataan orang itu tidak benar. Pasalnya, setiap kali dia tertawa, malah aku yang semakin jatuh cinta. - Regan Antares.



Kini keadaan di dalam mobil milik Regan diisi dengan kecanggungan dan keheningan. Untung saja tadi Regan sempat menyalakan saluran musik. Kalau tidak, pasti sunyi sekali. Aletta menghadap ke jendela, menatap pemandangan jalan ibu kota dihari yang sudah senja ini. Indah, namun hanya berlangsung sementara.

Hal itu selalu membuat Aletta berpikir dan belajar, bahwa didunia ini tak ada yang namanya abadi dan kekal kecuali Tuhan yang maha kuasa. Ibu tiri ratu dari putri salju saja yang katanya cantik dan akan abadi tetap berubah dan tewas.

"Sorry," Aletta bergumam kecil.

"Iya."

Kemudian situasi canggung kembali. Aletta tidak tahan, gadis itu paling membenci hal seperti itu. Walaupun itu bersama orang yang tidak ia sukai, tapi tetap saja Aletta tidak tahan jika keheningan yang berada diantara mereka.

"Masih marah?"

"Gue gak bisa marah sama Lo," jawab Regan tenang, berusaha selembut mungkin karena tidak mau jika Aletta semakin takut dengannya.

Aletta memutarkan kepalanya hingga dapat melihat wajah Regan dari samping. "Why?"

"Gak kenapa-napa," jawaban klise untuk seseorang yang menutupi sesuatu. Tidak mungkin jika Regan jujur kalau dirinya menyukai adik kelasnya itu.

"Tadi..." Aletta memotong ucapannya sendiri. "Kenapa ribut?"

Sejujurnya bukan itu pertanyaan yang ingin Aletta lontarkan. Tapi tidak mungkin jika perempuan itu menanyakan tentang Siapa gadis yang berada di samping Regan dikala ia bertengkar.

"Namanya Wildan, Lo jangan pernah deket-deket sama dia," Bukannya menjawab pertanyaan Aletta, Regan justru memperingatinya.

"Harusnya itu buat Lo, bukan Wildan."

Regan memberhentikan mobilnya secara mendadak, kemudian dengan cepat menoleh pada Aletta.

"Maksud Lo apa?"

"Entah, gue hanya ingin jauh dari lo," Tak salah kan jika gadis itu berkata jujur? Ia hanya tidak ingin menutupi sesuatu lagi.

Regan tersenyum kecut. Ia tahu hal ini pasti akan terjadi, sudah ia duga sebelumnya.

"Lo mau tau kan alesan kenapa gue dan Wildan ribut?" Regan kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, secara tiba-tiba, dan hal itu membuat Aletta takut setengah mati. Harusnya ia tak pulang dengan Regan tadi, Aletta sungguh takut sekarang. Sepertinnya ia salah berbicara tadi.

"Wildan maksa narik tangan Nessie, Nessie yang gak mau akhirnya berontak," jelas Regan masih nge-gas mobilnya dengan cepat. "Karena itu Wildan nampar Nessie dan menjambaknya. Didepan mata gue, Ghani, dan juga Angga."

Setelah kejadian tadi disaat Regan menolong Aletta untuk kesekian kalinya, Aletta kembali menilai sikap Regan. Dari sana Aletta sudah sadar, kalau Regan tidak akan marah jika tidak ada yang salah. Dan Aletta juga bersyukur, setidaknya ada yang menolongnya di detik-detik ia sulit. Hampir saja apa yang tidak Aletta inginkan terjadi.

Dan sekarang Aletta menyesal karena telah berkata apa yang harusnya tidak ia katakan. Regan marah karena ada sebab, dan dengan seenaknya Aletta menilai itu walaupun tak tau kebenarannya.

"Gue gak tau diri banget ya?" Cicit Aletta polos.

Regan tertawa pelan. "Lo aneh,"

"Lah! Yang ada harusnya gue yang mikir gitu, kak Regan tau yang aneh!"

Regan memberhentikan mobilnya mendadak sekali lagi. Dengan tatapan kaget kearah kaca depan, dan jari-jari tangan yang mencengkram erat stir mobil. Itu adalah satu-satunya panggilan yang pernah ia dengar, dan panggilan itu juga dari pujaan hatinya. Terasa sangat berbeda, Regan tak tau harus merespon apa.

"Ih kok berhenti mendadak sih!" Decak Aletta kesal. "Kalau mau mati jangan ngajak-ngajak dong."

"Oii!" Aletta mengibas-ngibaskan tangannya kehadapan wajah Regan yang masih setia memandang kearah depan layaknya orang melamun. "Btw, gue aneh kenapa?"

Regan memutar kepalanya beberapa derajat hingga dapat menatap manik mata Aletta dengan jelas.

"Lo orang paling aneh yang pernah gue temuin..." Regan memasang raut wajah Yang sulit untuk Aletta artikan. "Lo galak, cerewet, bawel, dan kadang secara tiba-tiba Lo baik, itu kelihatan manis."

Aletta tersentak. Perempuan itu membelalakan matanya kemudian tertawa keras. "Yaelah, awalnya gue mau marah karena Lo hina gue, eh akhirnya muji."

"Dan gue suka itu." Ungkap Regan secara tidak sadar, tapi pada sisi lain batin Regan berteriak lega karena telah melontarkan kalimat yang harus diucapkan.

Memendam sesuatu adalah hal terumit yang sulit untuk dilakukan. Walaupun Regan telah berusaha untuk menutupinya, tapi ia merasa kalau hal itu harus diberitahu. Karena itu adalah hal yang bersangkutan dengan Aletta.

Lihat selengkapnya