Detik

Vidharalia
Chapter #11

Detik 09 - Perihal Baik

Detik 09 - Perihal Baik

Sifat dan perilaku seseorang tidak dilihat dari apa yang ia katakan, tapi dari apa yang ia lakukan.

Bel pulang sekolah telah berdering dari lima menit yang lalu. Bagai suara surga bagi kaum pelajar yang sudah lelah di sekolah dengan berbagai alasan. Aletta tak ada yang menjemput sekarang. Aletta ada kuliah di jam itu. Sedangkan ibunya masih berada di Bandung, kemarin Neneknya sakit secara tiba-tiba.

Gadis itu memutuskan untuk jalan kaki ke halte, tak ada cara lain untuk pulang selain naik bus. Penyebabnya ada tiga opsi. Pertama, ponselnya mati daya sehingga Aletta tak dapat memesan ojek online. Kedua, Aletta tak ingin merepotkan temannya jika ia menumpang. Ketiga, Aletta sekalian ingin ke Lunatiq Cafe, tempat yang terkenal di ibu kota. Terletak tak jauh dari Halte, karena itu Aletta memilih untuk bersinggah sementara disana.

Detik berikutnya Aletta tertegun, melihat anak dibawah umur sedang mengamen guna mencari uang. Anak sekecil itu sudah banting tulang untuk kehidupan sehari-harinya. Bahkan saat Aletta diumur yang sama, Gadis itu hanya santai-santai dirumah saja. Tak habis pikir jika harus menjadi tulang punggung keluarga seperti itu.

Setelah selesai dengan lagunya, Aletta datang menghampiri. Gadis itu merogoh isi ranselnya dan mengambil sekotak box dan juga beberapa lembar uang.

"Ini buat kamu sama temen-temenmu," Aletta mengulurkan box yang tadi diberi oleh Reina. Temannya itu ulang tahun kemarin, jadi Aletta dibagikan berbagai macam kue. Namun Aletta merasa kue itu lebih cocok diberikan pada anak itu. Perubahan wajah yang kontras diperlihatkan oleh anak kecil itu, raut wajahnya menggambarkan kebahagiaan. Bibirnya terangkat, membuat senyum merekah.

"Makasih kak." Ucapnya sopan. Aletta ikut tersenyum manis seraya mengangguk-anggukkan kepalanya. Gadis itu menatap kepergian si anak kecil dan kawan-kawannya.

"Kok lu baik ke mereka sedangkan ke gue enggak?"

Aletta menoleh ke samping, memandang dengan penuh keterkejutan pada sosok yang berdiri tegap di sampingnya. Detik berikutnya Aletta menaikan salah satu alisnya. "Buat apa baik ke orang yang bahkan memperlakukan orang lain dengan buruk?"

"Bisa aja buat mengajarkan..." Pemuda itu menjeda. "Semacam jadi inspirasi, dan yang jahat akhirnya ikut baik,"

Aletta tersenyum tipis. "Kadang manusia aneh. Ia mau dunia ini diisi oleh orang-orang yang baik, lalu kenapa ia tidak berusaha jadi salah satunya?"

"Wah, bener-bener malaikat,"

Aletta menggeleng. "Gak boleh sering-sering muji orang, bahaya."

"Bahaya kenapa?"

"Bisa terjadi kesalahpahaman nanti," kemudian Aletta melenggang pergi, meninggalkan Regan yang diam tak bergeming. Pemuda itu hanya sedang berpikir maksud perkataan Aletta, ucapannya simpel namun maknanya sulit untuk dipahami.

Setelah Aletta sudah lumayan jauh, Regan baru mengerti dengan apa yang dimaksud Aletta.

"Tapi gue cuma ngasih pujian ke lo doang!"

Kini Regan yang jadi salah paham. Maksud Aletta hanya memperingatkan supaya tak banyak gadis yang terbuai karena pujian dari Regan, tidak menutup kemungkinan jika hal itu terjadi maka akan menjadi rumor bahwa Regan adalah pemain perempuan. Namun yang Regan pikir adalah, Aletta cemburu dan takut kalau semisal akan ada banyak perempuan yang suka dengannya.

Gadis itu berhenti melangkah seraya menolehkan kepalanya kebelakang, lalu menatap Regan dengan nyalang.

"Lo bener-bener bego ya?!" Maki Aletta tak tahan.

"Wah," Regan menggeleng-geleng takjub. "Lo tambah cantik kalau marah."

Lihat selengkapnya