Detik 15 - Envy
Percaya tidak, jika ada satu lagu yang mampu mengingatkan masalalu? - Aletta Aditama.
Dari lantai dua, Regan dapat melihat Aletta. Gadis itu kini baru saja keluar dari Perpustakaan dengan sedikit tertatih. Sulit membawa tumpukan buku paket Biologi yang tebalnya sekitaran 500 halaman, dan sebanyak delapan buku.
Bukannya tidak ada niat membantu, namun Regan ingin memandangi wajah Aletta dalam diam selama yang ia mau tanpa ocehan. Dengan menatapnya dari pinggir koridor, Regan terkekeh pelan.
Di belakangnya ada sepasang mata yang melihatnya jengkel. Sembari menyender di pintu kelas, Misha berusaha untuk mengalihkan perhatian Regan dari Aletta kepadanya.
By the way, gue bener boleh ikut ke rumah Nevan nanti kan?"
Regan hanya berdehem sebentar.
"Ih, gak di jawab," bibir Misha mengerucut kesal—walaupun Regan tidak melihatnya.
"Iya, Misha," jawab Regan singkat.
Gadis itu spontan berdecak lalu berkata, "Apa sih yang Lo sukain dari dia?"
"Semuanya," jawab Regan tanpa ragu. Kedua matanya masih setia memandangi Aletta yang tengah berjalan ke arah lapangan.
"Hati Lo benar-benar udah penuh? Atau masih ada celah sedikit?"
Regan tidak menyahut, malas untuk menjawab pertanyaan yang baginya tidak penting itu.
"Regan!"
"Apa sih Sha?" jawab Regan bertanya sembari memutar kedua matanya terganggu.
"Dia tuh gak pernah Mandang lu,"
"Kata siapa? Jangan sok tau," jawab Regan datar. Dia sudah lelah diikuti Misha seharian ini. Hingga tadi ada yang sempat bergosip jika Misha dan Regan berpacaran. Tentu saja gosip itu langsung di bantah oleh Regan, hatinya masih utuh untuk Aletta.
Sejujurnya Regan jengah, tapi tidak bisa mengusir Misha seenaknya. Tidak enak dengan Ghani karena Misha itu teman Ghani. Jadi mau tidak mau Regan harus menganggap kalau Misha juga temannya.
Mungkin jika gadis itu sudah kelewat batas dan Regan benar-benar muak, terpaksa tidak terpaksa cowok itu harus menegurnya.
"Nyatanya gue emang tau, Lo gak bisa nyangkal itu," balas Misha tanpa ragu.
"Terus mau Lo apa?"
"Lo gak mau gitu cari cewek lain?"
"Gak," jawab Regan cepat. Dia melirik sekilas ke belakang kemudian menatap Aletta lagi yang perlahan menghilang.
"Kasih gue waktu," ucap Misha. "Gue bakal usir dia dari hati Lo."
****
Gadis itu membuka pintu kaca yang berlogo bulan sabit bertuliskan 'Rami Caffe'. Ia masuk, menatap tema Cafe yang unik dan nyaman di penglihatan nya. Dengan beberapa lettering dan lukisan antik yang tertempel di dinding. Ia melihat sekeliling, guna mencari seseorang.
Mata nya berhenti mencari saat menemukan dua orang gadis sepantarannya sedang melambaikan tangan. Ia tersenyum, tanpa tahu bahwa kini dirinya tengah menjadi sorotan bagi beberapa pasang mata.
Tatapan mereka mengagumi ciptaan tuhan yang indah. Ukiran wajah Aletta memang idaman para kaum hawa. Walau kulitnya putih pucat, ia tetap terlihat rupawan dan tidak seperti orang sakit.