Detik 18 - Pengganggu
Memang, ini semua salah Aletta. Gadis itu memang tidak bisa fokus mendengarkan penjelasan Regan kemarin tentang rumus-rumus matematika dan cara jalannya. Aletta terlalu mengantuk untuk bisa mendengarkan dengan baik. Sekalinya sudah segar kembali, mereka justru membahas hal yang tidak penting: seperti Aletta menyuruh Regan untuk kesekian kalinya supaya menjauh.
Bisa kena masalah lagi sama Bu Ani jika nilai Matematika Aletta masih sama buruknya.
Gadis itu mengacak-acak rambutnya frustasi sembari menjerit kesal. Hal itu membuat Adena dan Amarta terjengkang kaget dan menatapnya penuh ketakutan.
"Al," panggil Amarta pelan.
"Aletta," panggilnya lagi, semakin takut-takut.
"Astaghfirullah, keluarlah wahai dedemit!"
"Astaghfirullah, please keluar Lo makhluk jelek!" Amarta tanpa berdosa menggoyang-goyangkan bahu Aletta hingga Aletta yang ingin bicara jadi terputus-putus.
"Apaan sih?!"
"Ih setannya makin marah, Na." Amarta mengumpat dibalik punggun Adena.
"Aletta itu lagi kesel, Amarta." Adena menghela nafas pelan. "Bukan lagi kesurupan."
Kemudian Amarta beroh-ria sembari mengangguk-angguk mengerti. Ketika ia menyadari jika dirinya ditatap tajam oleh Aletta, ia hanya terkekeh.
"I don't know, please don't mad."
Aletta memutar kedua bola matanya kesal kemudian memutuskan untuk pergi dari kelas saja. Ia melangkahkan kakinya keluar kelas hingga bertemu dengan Regan yang sedang berjalan ke arahnya dengan senyum yang mengembang.
"Apa?!" Bentak Aletta tidak sengaja melampiaskan amarahnya. Lagipula gadis itu juga kesal dengan Regan yang malah senyum-senyum tidak jelas.
"Galak banget,"
"Bodo ya!"
"Cemburu ya?" Regan memicingkan matanya.
"Kurang kerjaan,"
****
Ding digiding digiding tuyul
Ding digiding digiding unyu
Disini ada tuyul
"ANJIR, APAAN TUH?" Tanya Nevan kelabakan.
"Oh itu... Bunyi notification call di handphone gue," jawab Angga santai.
"Sakit lo Ngga masang lagu kayak gitu?" Wajah Ghani Cengo.
"Biar adik sepupu gue yang tengil takut sama handphone gue. Biar dia kaget," ucap Angga.
"Astaga, punya temen sebelas dua belas sama pasien RSJ." Zico menggeleng-gelengkan kepalanya bingung.
"Untung ada my sweety pretty Amarta, jadi semangat hidup walaupun punya sohib macem orang gelo."