Detik 25 - Sorry Aletta
Karma tidak akan pernah lelah untuk memberikan balasan setimpal.
Sudah cukup bagi Misha untuk diperlakukan rendah sedemikian oleh murid-murid seantero sekolah. Semua orang-orang menyerang balik kepada dirinya setelah terkuaknya rahasia. Sebenarnya harusnya ia tidak jujur secepat itu, namun mau bagaimana lagi Misha terlalu bahagia dan tidak tahan untuk memberitahu Aletta bahwa dirinyalah yang menyebarkan gosip tidak benar.
Dengan kakinya yang patah, Misha masih harus menggunakan kursi roda untuk kemana-mana. Sedikit sulit karena terpaksa dia harus dibopong ketika baik atau turun tangga.
Yang dulunya penghuni koridor melemparkan tatapan sinis kepada Aletta, kini kepada dirinya. Dengan raut wajah berbagai ekspresi, Misha menelan salivanya susah payah karena risih ditatap dan diperlakukan seperti itu.
Sebenarnya mudah saja, tidak perlu dibawa ribet karena apa yang Misha inginkan dapat dikabulkan. Perempuan itu tinggal bilang kepada orang tuanya mengenai kejadian ini dan memberesi semuanya dengan cepat. Orang tua mana yang tega jika anaknya dipandang sebelah mata oleh orang-orang? Apalagi jika itu Misha, gadis manja yang selalu berlindung dibalik tubuh orang-orang yang berkuasa. Memanfaatkan yang lengah dan memutar balikkan keadaan.
Pertanyaannya, kenapa gadis itu tidak melakukannya? Supaya kondisi dirinya yang terus diserang segera berhenti.
Tentu saja karena Misha sudah sadar dengan perbuatannya selama ini. Perbuatan tidak senonoh yang tidak pantas untuk seorang putri warisan dari keluarga terhormat. Dosa yang teramat buruk berada dalam hatinya meskipun sudah ditutup oleh topeng wajah polosnya. Berlagak seperti orang baik namun kenyataan tidak sesuai dengan apa yang selalu ia tunjukkan.
Misha bertaubat, dia bersumpah tidak akan mengulangi kejadian seperti ini lagi. Menjatuhkan orang lain demi menaikkan harga dirinya, benar-benar tidak tahu diri!
Memutar roda kursinya ke arah kelas Aletta. Berniat untuk minta maaf dan menjalin hubungan pertemanan yang sehat, siapa tahu mereka bisa berteman baik dan menjadi dekat.
Berbagai pasang mata menatapnya dengan berbeda, namun Misha tetap nekat untuk masuk ke dalam kelas milik orang lain. Sudah tidak peduli orang-orang mau memandangnya apa, yang terpenting sekarang adalah meminta maaf kepada orang yang ia perlakuan salah.
Untung saja Aletta duduk dibelakang meja Amarta dan Adena. Sehingga ketika Misha mau mendekat, kedua teman Aletta lebih dulu menjegatnya supaya mereka berdua tidak saling bertemu. Adena dan Amarta tidak akan membuka jalur dan membiarkan Misha berbicara kepada Aletta jika Aletta tidak memberi izin.
Amarta memberi isyarat, namun memang pada dasarnya Adena yang berhati batu adalah sosok orang yang tidak peka, mau tidak mau Amarta menjelaskannya dengan cara berbisik. Adena memanggut paham lalu bertanya.
"Ada niat apa Lo masuk kelas orang? Kalo mau nyakitin Aletta mending keluar sekarang,"
Misha memutar kedua bola matanya malas, jengah dengan orang seperti Amarta dan Adena yang selalu memberi perhatian dan menunjukkan persahabatannya. Maklum, Misha sama sekali belum pernah menjalin pertemanan yang baik karena orang-orang selalu merasa rendah jika berada didekatnya, karena apalagi jika bukan karena Misha selalu meninggikan dirinya dengan cara menjatuhkan orang. Dilain sisi perempuan itu iri, Aletta beruntung memiliki hal yang diincar dirinya selama ini; Memiliki sahabat yang pengertian juga tulus dan kekasih yang setia.