DEVAZURA

Wulan Apriani Widodo
Chapter #2

2. Cenayang Azura

Apartement Brunella

Azura meletakan bolpoinnya, ia meraih ponsel di sampingnya yang terus saja bergetar tak keruan. Banyak notifikasi chat masuk. Azura tidak berniat membalasnya.

"Makan belom, tugas segunung, kapan kelarnya, ya?" Azura memandang meja belajarnya yang dipenuhi kertas hvs.

Azura membuka ponselnya dengan malas. Membaca chat gabut teman-temannya di grup. Dan, kedua matanya terbuka sempurna mendapati orang tuanya juga memberi pesan sejam yang lalu.

Mama: Hai sayang, apa kabar? Jangan lupa makan ya, mama udah transfer uang bulanan ke rekening kamu. Love u.

Bukan hanya mamanya, tetapi juga papanya.

Papa: Malam Azura, kamu pasti lagi ngerjain tugas. Papa udah transfer uang buat kamu. ❤

Azura langsung mengecek saldo di rekeningnya lewat aplikasi atm.

Saldo: 250.000.000

Azura tersenyum miris, bukan karena jumlah uangnya, melainkan orang tuanya. Mama dan papanya sudah empat tahun bercerai. Azura memilih untuk tinggal sendiri, ia tak bisa beradaptasi bersama pasangan baru orang tuanya.

Terkadang, Azura iri dengan teman-temannya. Masih memiliki orang tua, dan mendapatkan banyak perhatian.

"Miris banget hidup gue," Azura berusaha menghibur dirinya sendiri.

Dulu, di saat ia butuh tempat untuk bersandar, selalu ada mama dan papanya. Tapi sekarang, semua berubah drastis. Azura bersyukur masih mempunyai sahabat yang menerimanya apa adanya.

Azura meraih jaket biru muda kesayangannya, ia memutuskan untuk ke rooftop apartement. Sedikit udara segar mungkin bisa membuat pikirannya sedikit tenang.

"Lupakan semua sejenak, gue mau jernihin pikiran dulu."

●●●

Deva baru saja terbangun dari tidurnya di atas ayunan kayu berwarna cokelat. Ia menatap langit malam yang sedikit mendung, tak ada bulan ataupun bintang yang terlihat di sana.

"Gue udah berapa lama tidur di sini?" tanya nya pada diri sendiri.

Buru-buru ia mengecek arlojinya dan mendapati jam 20.30.

"Masih jam segini, it's okay."

Pandangannya kembali mengarah ke atas langit, pikirannya kosong entah kemana.

"Permisi... gue mau du-"

Deva menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang gadis yang cukup familier di matanya. Gadis itu berdiri, memandangnya dengan tatapan kaget.

Tak salah lagi, dia perempuan yang ia tolong di sekolah tadi siang!

"Ngapain lo di sini?" tukasnya heran. "Lo Deva kan, yang nolongin gue tadi?"

Deva tak langsung membalas. Ia hanya menatap lama lawan bicaranya dengan tatapan datar.

"Heh, lo budek ya?" tuding Azura.

"Enggak."

Lihat selengkapnya