Devil's Friendship

LilieIly
Chapter #3

Chapter 2: Kembali

Hari ini diawali dengan pagi yang suram. Matahari sama sekali tak terlihat karena tertutup awan dan pepohonan. Langit gelap gulita, sehingga terasa seperti malam. Selanjutnya, terdengar suara gemuruh dari langit dan akhirnya diikuti dengan jatuhnya tetesan air.

Saat ini, aku sedang duduk santai di sofa sambil membaca dongeng "Rushen Coatie".

____________________________________________________

Rushen selalu disiksa ketiga saudara dan ibu tirinya. Hidupnya begitu menderita. Yang menyayangi dan menghiburnya, hanya seekor anak sapi berwarna merah.

Tetapi, hidupnya membaik setelah berjumpa dengan seorang pangeran. Mereka berjumpa di pesta dansa. Rushen selalu menghindari pangeran walau telah bertemu sebanyak tiga kali. Akhirnya, pangeran berusaha mencari keberadaan Rushen dengan menggunakan sepatu kaca yang ditinggalkan Rushen saat berada di pesta.

Saat pangeran tiba di rumah Rushen, ia meminta setiap orang mencoba sepatu itu, dan dimulai dari ketiga saudara tirinya. Kakak tirinya berusaha agar kakinya masuk di sepatu tersebut, tetapi gagal. Akhirnya, Rushen mencobanya, dan ternyata muat. Pangeran pun membawa Rushen ke istana untuk dinikahi. Dan mereka pun hidup bahagia selamanya.

____________________________________________________

Saat selesai membaca, aku langsung melempar buku itu ke perapian, lalu menyalakan api untuk membakarnya.

"DIHHH, andai bisa semudah itu. Disiksa, bertemu pangeran, diselamatkan, menikah, dan hidup bahagia. Arghhhhh, suasana hatiku jadi buruk gegara membaca buku itu. Siaall," marahku. Aku merasa, sepertinya aku harus mengurangi membaca dongeng karena membuatku sangat emosional. "HUFFTT, mau bagaimana pun, dunia nyata tak seindah dunia dongeng," batinku. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur agar bisa menstabilkan emosiku.

“Aku suka hari yang seperti ini. Gelap, dingin, dan sunyi. Cocok untuk tidur panjang,” batinku sambil merebahkan tubuh di kasur.

Beberapa menit kemudian, kenyamanan itu lenyap karena sebuah suara.

“DOK, DOK, DOK”

Aku tak mempedulikan suara itu dan pura-pura tidak mendengar.

“DOK, DOK, DOK”

“DOK, DOK, DOK”

“DOK, DOK, DOK”

“AARRGHHH, siapa sih itu?!! Semakin tak direspon, semakin mengganggu!!” teriakku. Dengan geram, aku berjalan mendekati pintu dan membukanya. Dan saat membukanya, aku sangat terkejut dengan sosok yang dibaliknya.

HAAHH?? KAMU KAN ORANG YANG KEMARIN? KENAPA KEMBALI?!!” bentakku.

“Eh, hehehe. Apa kabar? Pagi yang suram yah? Oh ya, aku membawakan bunga untukmu nih!” Dia mengatakan hal itu dengan senyum yang ceria, padahal kulihat tubuhnya menggigil kedinginan dan basah kuyup.

"PERGII!! KUBILANGG PERGIII!!!!!" Aku sangat murka. Kedatangannya hanya memperburuk suasana hatiku.

Dia tak bereaksi. Aku langsung membanting pintu. Aku tak peduli dengan keadaan dirinya. Mau mati atau kedinginan, itu bukan urusanku.

____________________

Satu jam telah berlalu....

Lihat selengkapnya