Jam dua pagi aku terbangun karena merasa haus. Dengan membawa gelas di tangan kananku, aku keluar dari kamar. Dan saat aku akan ke dapur, aku mendengar suara TV yang menyala. Tetapi hanya terdengar seperti statis saja, tidak ada acara yang diputar. Aku pun pergi ke ruang tamu untuk melihat siapa yang masih menyalakan TV di jam segini. Dan saat aku sampai di ruang tamu, aku terdiam.
Tubuhku langsung merinding. Aku melihat Natalie yang telah meninggal duduk di sofa membelakangiku. Kakiku terasa lemas, tetapi aku tidak bisa terjatuh di sini. Aku harus kembali ke kamar secara diam - diam. Aku mulai memundurkan langkah kakiku selangkah, dua langkah sampai akhirnya aku kembali ke depan kamarku.
Aku membuka pintu perlahan lalu aku segera menyelinap masuk ke kamar dengan hati - hati. Pintu ku tutup lalu ku kunci. Haahh... akhirnya aku bisa bernafas lega. Kakiku gemetaran, tanganku juga gemetaran. Untung aku tidak menjatuhkan gelas yang sedari tadi aku pegang. Aku duduk di lantai kamar sambil berusaha menenangkan diriku sendiri. Aku berharap ia tidak menyadari keberadaanku tadi.
Aku tahu itu bukan Natalie. Karena Natalie telah meninggal tepat di depan mata kami waktu itu. Aku rasa, itu entitas di rumah ini yang mengambil wujud Natalie. Tapi kenapa? Untuk apa?
Tanganku terasa dingin dan mulutku terasa lebih kering. Tetapi aku tidak ingin kembali ke depan, terlalu menakutkan. Setelah kakiku terasa sudah berhenti gemetar, aku segera berdiri dan menaruh gelas di meja belajar. Aku melihat ke saklar lampu. Lebih baik aku matikan atau dibiarkan hidup? Jujur, sekarang ini aku ingin lampu dinyalakan. Tetapi bagaimana jika ia tahu aku terbangun? Tapi jika aku matikan, akan lebih menyeramkan. Aku memutuskan untuk menyalakan lampu kamar saja.