DEWA

Bisma Lucky Narendra
Chapter #1

Namaku, Dewa Ranu Semesta

Takan pernah ada dua cinta dalam satu hati. Seperti tidak akan adanya dua nyawa dalam satu raga


-Dewa Ranu Semesta


Pagi yang cerah untuk hati yang gelisah.

SMA 22 masih seperti biasa. Begitu pula dengan hatiku. Masih sama seperti kemarin, resah, cemas banyak rindunya. Seperti seorang ayah yang menanti kelahiran anak pertama. Bagaimana tidak, sudah tiga tahun aku memendam cinta pada Fradita, tapi tak jua dapat ku ungkap. Cinta dalam dada seperti janin yang enggan terlahir. Mengendap dalam rahim, menyesakkan dalam jiwa. Selain perbedaan taraf sosial, jalinan persahabatan terlanjur mengikat aku dan dia.

Padahal, tak sedikit siswi menyukaiku. Bagaimana tidak, kata orang, aku cukup menarik. 

Wajahku mirip Vino G Bastian. Hanya saja kulitku sedikit hitam. Tapi bukankah cowo yang kulitnya hitam manis itu justru terlihat cowok banget? Ah sudah lah. Aku tidak akan terlalu membanggakan diriku. Sebab masih ada teman-teman dan tentu saja Dita yang akan aku ceritakan di sini. Dita yang diam-diam aku cintai. Tapi lagi-lagi itulah cinta, tak bisa dipaksa. 

Tapi aku percaya, suatu hari nanti, cinta ini pasti terlahir. Dan aku tak’kan memaksa mengungkap sebelum waktunya. Cinta yang terlahir prematur jelas tiada akan tulus.

Tiga puluh menit sebelum bel berbunyi, aku sudah sampai di sekolah. Setelah memarkir Vespa butut, aku melangkah tenang menuju kelas. Beberapa orang siswi yang kebetulan jalan berbarengan denganku berbisik-bisik sambil melirik. Kuberikan mereka senyum termanis. Dan tentu saja tak ada seorang wanita pun yang tak bisa membalas senyumku.

Tiba-tiba, “Dewa!” seseorang memanggil. Aku hentikan langkah dan melihat ke arah datangnya suara. Ternyata Slamet, salah satu sahabatku yang terkenal medok asli jawa. Dia berlari ke arahku. Wajahnya menyimpan ketakutan dan cemas. 

Aku nyengir,“Kenape, Tong? Ketemu setan lu!” setelah Slamet sudah berada di depanku.

Slamet mengatur napas terlebih dulu. Dadanya kembang kempis. Matanya merem melek seperti ayam adu sedang sekarat. “Gawat! Bahaya dan lain-lain!” tukasnya dengan napas tersengal. “Santai santai, Tong! Tarik napass pelaan ... tahan 40 hari!”

“Is Death dong Ay ..”

Aku tertawa,“Lagian, ujug-ujug, ‘Gawat, Bahaya dan sejenisnya sedang menghampiri! apaan?!” jawabku sambil melangkah melintasi lapang basket menuju kantin. Slamet merendengiku. Dadanya masih turun naik mengatur napas.

Aku menghentikan langkah,“Tunggu tunggu! Ape lu bilang tadi, Tong?” 

“Bahaya!” seru Slamet.

“Bukan!”

“Gawat!”

“Bukan ntu!” aku garuk-garuk.

“Yang mana dong, Brother?” 

“Nah ntu! ‘You’I, Brother,’ sarapan kaleng biskuit loh! Biasanya juga inyong! Ha-

ha-ha ...” Aku ngakak.

Slamet malah tersenyum bangga.

“Ebuseh, malah nyengir dianya!” 

“Memangnya kenapa, Brother? Bukankah kita sebagai young generation bangsa harus menguasai bahasa asing supaya kita tidak mudah di-stufid-i asing,” ucap 

Slamet sekalem motivator dengan bahasa campuran inggris blangsaknya. 

Aku terdiam. Menatap Selamet dari ujung sepatunya yang pagi ini memakai fsepatu kulit hitam mengkilat, hingga wajahnya yang juga mengkilat, berminyak. 

Nggak tahu kenapa juga wajah Slamet selalu berminyak, atau mungkin dia kalau cuci muka pakai minyak wijen. Ah, bodo amat, si amat aja nggak bodoh. “Coba lihat lidah lo?” Aku buka mulut Slamet secara paksa, “ Masih bau gorengan lu! 

Ha-ha-ha ...”

“Kalau makanan sih, tentu makanan has Purwekerto masih tetap number onebefore and after aktivitas,” jawab Slamet.

“Ha-ha-ha-ha ... ngomong opooo koe, Cah,” aku menyahut. ‘E tapi lu tadi ngomong Si Apud, kenapa emang?”

Sebelum Slamet sempat menjawab, kami sudah sampai di kantin. Mataku mencari-cari Dita yang katanya akan menunggu dikantin pagi ini untuk mengambil pesanannya. Sebuah miniatur Harley Davidson yang aku buat dari rangkaian tulang-tulang ayam. Terrnyata Dita tidak ada. Mungkin belum datang. 

Akhirnya aku duduk pada kursi disudut kantin. Lagi-lagi beberapa orang Siswi menatapku. 

Aku kembali menatap Slamet. “Si Apud kenape, Tong?”

“Brother gitu!” Slamet menimpal.

Lihat selengkapnya