Seorang Pria berkepala plontos dengan kaca mata tebal masuk ke dalam kelas.
Pak Susilo. Dia adalah Guru Bahasa Inggris yang terkenal gila hormat dan arogan.
Tak ada satu orang Siswa pun yang belum pernah dihukum olehnya. Kecuali Siswi siswi yang cantik dan keponakannya yang bernama Samsul Si ketua kelas yang sombongnya melebihi ketua partai.
“Morning every body!” Pak Susilo menyapa.
Serempak kami berdiri,”Morning sir.”
“Okay okay, sit down, please...” ucap Pak Susilo.
Pak Susilo duduk di kursi kebesarannya. Membolak-balik Absensi. Kembali menatap wajah anak didiknya satu-persatu. Kebetulan saat itu aku sedang menunduk, sehinga Pak Susilo mungkin tak melihatku.
“Dita?”
“Yes, Sir!” Dita kaget. “Where’s Dewa?”
Aku segera berdiri. “I am here, Sir! I am don’t mlaku-mlaku!”
Huuu... anak-anak bersorak.
Aku berdiri,“Terima kasih atas pujiannya teman-teman. Nanti pasti Ai kasih tanda tangan kalian” Aku membungkukkan badan layaknya seorang artis yang baru menerima Piala Oscar.
Teman-teman tambah keras bersorak.
“Sudah sudah! kamu memang paling senang bikin ribut di kelas, Dewa!” seru Pak Susilo.
Aku nyengir dan kembali duduk.
“Hari ini kita ulangan! Buatlah sebuah prosa dengan menggunakan bahasa inggris!”seru Pak Susilo lagi.
“Yaaah..” seru anak-anak hampir serempak. “Why?” Seru Pak Susilo.
“No why why sih, Sir!” Slamet menyahut.
Grr..anak-anak kembali tertawa.
Samsul sang ketua kelas berdiri, “Boleh saya usul, Pak?”
“Apa Samsul?”
“Bagaimana kalau prosanya pake bahasa daerah saja, Jawa atau Sunda. Bukankah itu lebih akan membuat generasi muda mengenali budayanya!” katanya penuh percaya diri.
“Eh, sendok kerak telor. Lu kira kelas ini panggung ludruk ape!” teriakku.
Grrr ... Suara tawa kembali memenuhi kelas. Samsul merengut. Di kelas Samsul memang selalu jadi bahan ejekanku. Aku tidak suka dengan gayanya yang sok kuasa dan penjilat. Dia akan sangat senang jika ada salah satu temannya yang dihukum. Dia juga sering melaporkan jika ada anak-anak melanggar aturan.
Untung saja dia ponakannya Pak Susilo, hingga tak ada yang berani menyentuhnya. Jika bukan, aku yakin dia udah abis digebukin.
“Kerjakan sekarang! Bapak kasih waktu 2 kali 45 menit untuk mengerjakannya!”
Seru Pak Susilo. Sambil melihat jam tangan.