Dengan wajah semakin tertunduk ku berujar dengan suara yang lirih... "Iya Ayah aku sudah memiliki pacar."
Tek.. Tek.. Tek.. suara detik jam yang semakin bergema sebab sunyi begitu terasa.
Hmmmm.., menghelai nafas Ayah lalu berkata, "Sudah berapa lama kamu berpacaran??"
"Se..seta..tahun le..lebih Yah" jawabku yang terbata bata.
Kembali Ayah menghelai nafas namun kali ini ia tak berkata apapun.
Wah mati nih gua, bisik ku dalam hati.
"Kamu kenapa gak bilang Solehin" ucap Mamah yang mengelus ngeluskan tangannya di atas kepala ku.
"Aku takut Mah, secara kan Ayah sama Mamah melarang aku untuk berpacaran" jawabku yang masih menunduk.
"Memang benar itu adanya, kami melarang kalian agar tidak berpacaran karena ada sebabnya, kami tak ingin kalian terjerumus kedalam kemaksiatan, secara pacaran namun belum halal adalah salah satu cara paling jitu syaiton menyesatkan umat manusia, kalian kan sudah tahu sendiri banyak di luar sana anak anak yang di perbolehkan berpacaran oleh orang tuanya namun belum halal, dan apa yang malah terjadi?? banyak sekali Solehin Risma kejadian anak anak yang hamil duluan sebelum menikah, itulah kenapa kami sangat takut jika kalian berpacaran sebelum menikah" nasihat Mamah yang terdengar masuk akal dan benar adanya.
"Yasudah mau kamu untuk kedepannya bagaimana Ji" bentak Ayah yang mengagetkan ku.
"Kalau Aji seterah kalian, ini makanya Aji ngomong karena ingin mendengarkan pendapat Mamah sama Ayah" jawabku yang masih dengan kepala yang tertunduk.
"Kalau kami tak mengijinkan bagaimana??" tanya Mamah.
Sejenak ku menutupkan mata seraya menggeleng gelengkan kepala yang seakan memberikan isyarat... Jangan Mah jangan kau lakukan itu.
Kembali kesunyian menerpa, tapi untuk kali ini dia tak bergeming untuk waktu yang lama.
Ku angkat kepala untuk melihat suasana sekitar, Ayah memandang ku dengan tatapan yang tajam, Mamah terlihat begitu sayu sehingga aku tak kuasa untuk memandangnya lebih lama, Risma adikku hanya membeku di atas sofa dengan wajah yang di tutupi bantal sehingga menyisakan mata yang seakan akan ingin menertawai ku, dan terakhir ku arahkan pandangan ini ke arah kamarku, ku lihat Apri yang sedang mengintip sembari tertawa namun tak bersuara.
Sial ini gara gara gua mengikuti nasihat elu Pri, gumam ku yang lalu tertunduk kembali.
"Yasudah Solehin" ucap Mamah yang mengangkat kepala ku kemudian berkata... "Kamu ke kamar dulu saja, lagian ini sudah malam, istirahat dulu gih, kamu juga Risma cepat ke kamarmu."
"Iya Mah" jawab Risma seraya menuju kamar nya yang kemudian di susul oleh ku yang menuju kamarku.
Sesampainya aku di depan kamar, teman ku yang sendari tadi memperhatikan dengan wajah menyebalkan nya itu masih tertawa penuh kebahagiaan.
"Gimana gimana?? berhasil gak bro??" tanya dia.