“Kita pacaran yuk!”
Ajakan itu sontak membuat gadis di depannya nyaris tersedak bakso yang baru saja digigit. Mata bulatnya melotot marah. Jelas, karena ia telah mengganggu kenikmatan menyantap makanan favoritnya.
“Ngaco!” semprot gadis itu sambil menusuk lagi sebuah bola daging di mangkuknya.
Laki-laki itu terkekeh. Matanya mengamati sosok yang sedang mengunyah dengan lahap.
“Aku serius! Dua rius nih!”
Dua jari yang membentuk huruf V diacungkan di depan penyuka bakso itu. Wajahnya terlihat sungguh-sungguh. Sedetik kemudian paras tampan itu meringis kesakitan. Ada rasa panas yang menjalar di tulang keringnya.
“Rasain!” Sesaat sebelum bakso itu memenuhi mulut sang hawa, ucapan itu terlontar. Rupanya pemilik rambut pendek itu melancarkan tendangan maut di bawah meja.
Pemuda itu mengelus-elus kaki kanannya dengan wajah memelas, memohon rasa iba dari pujaan hatinya.
“Galak amat sih jadi cewek!” Rupanya laki-laki itu masih belum jera. Ia masih melontarkan rayuan yang diharapkan akan mengubah pendirian gadis itu. “Ntar nggak ada yang mau pacaran sama kamu lho!”
“Bomat lah! Bukan urusanmu!” Beberapa sendok sambal berpindah dari botol kecil ke mangkuk yang kuahnya sudah berubah warna.
“Padahal aku udah berbaik hati menawarkan diri jadi pacarmu.” Pemilik mata hitam pekat itu masih menatap sosok yang bisa dibilang tomboi di depannya.
Gadis ayu itu mendelik. Denting sendok dan garpu beradu dalam mangkuk bakso penuh sambal, memberi sedikit reaksi pada laki-laki yang tak pantang menyerah itu. Ia bergidik ngeri membayangkan rasa makanan itu.
“Cukup sambal bakso ini aja yang pedes, kamu jangan.” Rayuan masih hendak terlontar dari mulutnya, kalau saja garpu itu tidak teracung di depan hidungnya.
“Sekali lagi kamu ngoceh, garpu ini bakal ada di sana!” Mata coklat indahnya menunjuk punggung tangan kokoh di atas meja.
“Wah sadis!”
Tangan itu menghindar tepat saat garpu yang diacungkan tertancap di meja dan membuat mereka seketika jadi pusat perhatian.
Warung bakso langganan mereka saat itu kebetulan sedang ramai dengan pengunjung. Keributan di antara keduanya cukup membuat semua orang menoleh. Bahkan si abang bakso berhenti melayani pelanggan demi melihat apa yang sedang terjadi.