Di Antara Bintang Di Langit

Lirin Kartini
Chapter #19

BAB. 19 - Sang Penolong

Alex membanting tasnya ke meja lalu duduk dengan kesal. Ia mengeluarkan ponsel dan membuka sebuah permainan. Seluruh atensinya ia pusatkan pada permainan itu.

Farrel yang duduk membaca buku di sampingnya menoleh heran. Dengan ekspresi seperti itu, ia yakin sahabatnya terlibat masalah lagi dengan Anya.

Pandangan Farrel beralih ke arah jendela. Tidak nampak sosok Anya di sana. Normalnya mereka akan datang ke sekolah bersama-sama. Dugaannya benar. Ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.

“Lo nggak datang sama Anya?” tanya Farrel.

Alex diam. Matanya masih fokus pada permainan itu. Gurat kemarahan tampak jelas di wajahnya.

“Masalah apa lagi yang lo buat ke Anya? Pagi-pagi udah marahan aja!” Farrel menutup buku yang sedang dibacanya.

“Kali ini gue yang marah sama Anya!” Alex kesal karena Farrel selalu menuduhnya yang memulai keributan, seolah gadis itu tak pernah berbuat salah padanya.

Farrel membelalakkan matanya. “Serius lo? Lo bisa marah juga sama dia? Gue kira bucin lo udah kebangetan sampai nggak bisa marah ke dia!” seru Farrel. Ia lalu tertawa.

Alex meletakkan ponselnya dan menoleh pada Farrel. “Lo bisa, ya, tertawa di atas penderitaan gue! Hati-hati, karma itu instan, Bro!”

Farrel menarik kursi mendekat ke meja Alex dan menepuk bahunya. “Cerita dong, apa masalahnya sampai lo bisa marah kayak gini! Ini peristiwa langka yang gue lihat dari seorang Alex selama hampir tiga tahun kenal!” Mata di balik bingkai kacamata itu menatap Alex dengan penasaran.

“Aiiiish! Reseh lo!” Meskipun begitu, Alex tetap menceritakannya pada Farrel.

Anya yang baru saja melewati kelas Alex, menatap mereka dari jendela. Dua orang sahabat itu tampak bercakap-cakap dengan akrab.

Harusnya begini aja, ‘kan? Dengan begitu dia akan menyadari perasaan yang sesungguhnya bukan ditujukan padaku. Dan aku juga bisa menata hatiku kembali.

“Nya, kamu berantem lagi sama Alex?” tanya Lois pada Anya yang sedang mencatat di bangkunya.

Anya mendongak. Ada Lois, dan juga Tasya di sampingnya. Suasana kelas tak terlalu ramai karena banyak penghuninya berada di kantin saat jam istirahat. Biasanya Lois dan Tasya juga ke kantin, tetapi hari ini mereka lebih memilih tinggal di dalam kelas.

“Nggak biasanya lihat kalian berjauhan kayak gini.” Tasya menimpali.

“Biasa aja kok,” jawab Anya kembali mencatat di buku.

Lois dan Tasya saling pandang.

“Ehm … maksudku, kalau kalian beneran berantem, atau udah putus, boleh dong kita deketin Alex lagi.” Tasya menyenggol siku Lois.

“Nggak ada yang putus karena emang nggak ada yang pacaran.” Anya menjawab tanpa mengangkat kepalanya.

“Eh, itu Alex!” seru Lois tiba-tiba.

Spontan Anya mendongak dan melihat ke arah jendela. Tidak ada Alex di sana. Hanya beberapa anak yang berlalu-lalang di koridor.

Lois dan Tasya saling memandang lagi dan tersenyum. Anya menatap mereka dengan pipi memerah. Ternyata itu hanya akal-akalan mereka saja untuk menggodanya.

“Apapun masalahnya, cepatlah kalian baikan! Nggak seru kalau nggak lihat kalian ribut, tapi mesra kayak biasanya,” goda Lois.

Lihat selengkapnya