Blurb
"Akhirnya, kamu yang akan memberikan undangan duluan ya, Alya. Selamat ya. Semoga lancar dan berkah sampai hari H. Jangan lupa undang saya ya." Ucapan yang terlontar begitu saja dari mulut Gilang tidak lantas mencairkan suasana. Perempuan yang mendengarnya dengan teramat jelas malah sibuk mengokohkan hati. Sibuk menahan air mata yang mulai memburamkan pandangannya. Teringat dulu ketika perkataan serupa terucap untuk pertama kalinya.
Beberapa detik, keduanya sama-sama membisu.
Biarlah luruh rasa sakit atas ketidakbersamaan. Biarlah senyap rasa sesak. Pada saatnya, hati harus melepas untuk menerima, bukan hanya kenyataan, tapi juga hadiah dari-Nya atas kesabaran. Biarlah alam ini menjadi saksi atas kita yang saling mencintai yang kemudian bertemu dan berpisah karena-Nya. Biarlah kita paham betul bahwa takkan pernah ada kita walau sudah saling memperjuangkan jika kita memang tak ada dalam takdir-Nya. Kita milik-Nya, takdir milik-Nya, pun skenario ini milik-Nya.