Di Antara Ribuan Jeda

Ghoziyah Haitan Rachman
Chapter #2

Gema Hati

En route[1], September 2009

Baru 15 menit yang lalu, pesawat airways dengan tujuan London lepas landas. Membawa terbang puluhan penumpang naik ke udara dengan ketinggian sekitar 35.000 kaki di atas permukaan laut. Membiarkan mereka menikmati matahari yang akan tenggelam di ufuk barat. Langit yang bagai lautan kapas pun mulai mengoranye. Tak ada yang mau ketinggalan fenomena alam itu, kecuali satu orang. Dialah perempuan berambut panjang yang diikat satu, yang tadi terpisah dari laki-laki yang sudah ia cintai selama tiga tahun lebih dalam diam.

Kini, dia hanya menopang dagu dengan tangan kanannya. Dengan wajah yang padam, ia tertunduk. Tatapannya kosong ketika tatapan penumpang lainnya ingin sekali dipenuhi oleh panorama sunset. Barangkali dia sudah melihat mataharinya tenggelam. Sudah pula menatap indahnya oranye yang menghilang di balik punggung seseorang yang berjalan semakin menjauh.

“Saya berjanji akan menikahimu, setelah lulus S3.”

Seketika satu pernyataan menggetarkan itu menggema dalam benaknya. Seketika menyesakkan hati. Seketika itupun matahari sempurna tenggelam di ufuk barat, meninggalkan langit yang mulai terperangkap dalam gelap.

Tetaplah berjanji, Kak. Perempuan itu menyandarkan tubuhnya. Menarik napas dalam-dalam. Kumohon jangan berpaling.

Dirasa-rasa semakin sesak. Air mata pun sudah terbendung. Dia sesekali mendongak hanya karena ingin menahan bendungan itu. Namun, sayang―

“Alya, nanti kalau kamu menikah, jangan lupa undang saya, ya.”

Kalimat itu.

Selepas langit benar-benar gelap, akhirnya air mata tetap tumpah membasahi pipi. Kepalanya tertunduk, tangannya mengusap pipi. Sekali dia mendongak, tapi air matanya tak juga berhenti. Dia pun mendekap erat tas selempangnya sambil membenamkan wajahnya. Mencoba menahan isak tangis; pun meluapkan rasa sesak yang perlahan luruh.

Ya Allah, jagalah dia, pintanya.

Lihat selengkapnya