Paris, Juni 2010
Katanya, indah bagaikan surga. Begitulah julukan bagi kota yang terkenal dengan menara Eiffel ini bila memasuki musim panas. Langit begitu cerah membiru muda. Gumpalan-gumpalan awan putih mengudara menyempurnakannya. Alya merasa beruntung bisa menikmatinya sejak hampir dua minggu lalu. Kalau saja dia tidak jadi mengikuti workshop di kampus HEC Paris bersama Nayomi. Mungkin keindahan Paris yang ada dalam bayangan imajinya takkan pernah menjadi nyata. Mungkin pula, rasa sesak yang baru saja menyelinap tidak akan terhiburkan.
MasyaAllah. Allahu Akbar. Sungguh Allah Maha Pencipta Segalanya.
Alya mendongak menatap langit sambil tersenyum hingga tampak lesung pipitnya. Dengan penuh rasa syukur dia berulang kali memuji Sang Pencipta. Ya Allah. Hatinya yang dari beberapa hari lalu terluka karena rindu mulai membaik. Sungguh Allah Maha Penyembuh Hati setiap hamba-Nya.
Kini perempuan berkemeja abu-abu itu menghirup napas dalam-dalam. Membiarkan oksigen memenuhi rongga paru-parunya. Lalu, menghembuskannya perlahan. Bagaimana kabarmu, Kak Gilang? Apakah baik-baik saja?
Sudah nyaris dua minggu, Alya belum mendapatkan balasan email dari laki-laki yang telah dicintainya bertahun-tahun. Tak ada kabar. Hatinya yang sudah terbiasa menunggu akhirnya harus menanam ragu. Harapannya yang tinggi malah perlahan menyakitinya. Sementara rindu dengan ganas terus menikam hatinya.
“Ya ampun, ternyata kamu di sini, Al. Come on. Sesinya sebentar lagi dimulai,” ajak Nayomi membuyarkan lamunan Alya yang dari tadi terduduk di kursi melingkar luar gedung kampus utama.
Pukul 03.00 PM. Sesi terakhir pada hari terakhir acara workshop selesai. Sebelum keluar ruangan, terlihat Alya berbicara dulu beberapa hal dengan pembimbingnya, Profesor Nathan. Nayomi menunggu beberapa menit hingga akhirnya sahabatnya muncul dan menceritakan pembicaraan tadi dengan Profesor Nathan. Rupanya, beliau meminta Alya untuk menggantikannya sebagai pembicara di konferensi terkait ‘Business Management’ yang akan diadakan di Australia. Nayomi pun mendukung penuh sahabatnya.
Alhamdulillah. Lagi-lagi Alya tersenyum. Lagi-lagi hatinya terhibur. Sesak yang menyelinap sekarang benar-benar tertindih oleh kabar gembira itu.
“Al, kita menginap sehari lagi, ya. Bang Farren besok mau datang ke sini. Ada urusan katanya. Sekalian, besok kita lihat menara Eiffel. How?” tanya Nayomi di tengah perjalanan pulang ke penginapan.
“No problem, Nay.” Alya mengangguk mantap.
***
Esoknya, Alya kembali terbangun dengan rasa sesak. Terhiburnya hati kemarin tidak berlangsung lama. Dia amat menyesal karena telah nekat membuka email pribadinya tadi malam. Nyatanya, masih belum ada balasan dari Gilang. Yang ada hanyalah email atas nama ‘Anna Putri Islami’ untuk ketiga kalinya. Isinya memanglah kabar baik bahwa dia benar-benar dijodohkan dengan anaknya kepala rumah sakit yang pernah dia bilang. Bahkan, dia juga diajak makan malam bersama untuk proses pengenalan. Yang membaca pun ikut bersenang hati.