Di Antara Ribuan Jeda

Ghoziyah Haitan Rachman
Chapter #39

Epilog

Amsterdam, April 2012

Pohon-pohon bermekaran di daratan semenanjung Eropa selama musim semi. Tanaman berbunga indah. Langit lebih cerah dengan gumpalan awan yang jarang sesudah musim dingin. Jalanan pun lebih ramai dari biasanya, terlebih lagi alun-alun kota layaknya Dam Square yang terletak di pusat ibu kota Belanda. Orang-orang berdatangan ke sini untuk menyaksikan pertunjukan dari para seniman jalanan atau sekedar nongkrong bersama teman-teman sekaligus menikmati pemandangan bangunan khas di sekelilingnya. Tidak hanya itu.

MasyaAllah. Gilang juga mendapati banyak burung merpati singgah di tempat wisata ini. Hatinya takjub bukan main. Sungguh indah setiap ciptaan-Nya di dunia, termasuk dia yang kini menghiasi hari-harinya. Dia pun kembali memerhatikan seorang perempuan berkerudung biru yang tengah berjongkok memberi makan burung-burung tersebut. Sungguh tak sedetik pun senyumnya memudar setiap kali melihat perempuan itu tersenyum.

Barangkali kamu adalah doa yang ditangguhkan untuk kemudian dihadirkan menjadi pelengkap kabar baik lainnya agar kita senantiasa bersyukur kepada-Nya.

Nyatanya, harapan-harapan Gilang telah terkabul di waktu yang tepat. Meski kuliah doktornya di benua kangguru gagal dan kesempatan beasiswa S3 di Leiden University dari kementrian harus dilepaskan begitu saja, dia tetap resmi menjadi mahasiswa doktor lagi mulai awal tahun ini, tepatnya di University of Amsterdam dengan beasiswa yang sama. Doa kecil ‘Menikah sebelum doktor’ di buku kecilnya pun telah menjadi kenyataan, bahkan yang dinikahi adalah dia yang sudah dicintainya bertahun-tahun. Alhamdulillah. Dan kabar bahagia lainnya adalah sang istri juga ikut kuliah doktor dengannya dan sekarang sedang mengandung anak pertamanya.

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat-Mu Ya Allah Yang Maha Pemberi Maha Segalanya, gumamnya dalam hati.

Namun lagi-lagi, yang terpenting bukanlah seberapa banyak harapan yang dikabulkan oleh-Nya, melainkan seberapa banyak rasa syukur kita kepada-Nya, seberapa dekat dan taat kita kepada-Nya setelah semua karunia yang dilimpahkan-Nya. Sebab untuk apa semua keindahan dunia jika kita malah semakin jauh dari-Nya dan tak bisa menikmati keindahan surga-Nya?

Gilang menghela napas panjang lalu bangkit dari duduknya. Mendekati istrinya yang baru selesai memberi makan burung.

Lihat selengkapnya