Kosongnya rumah Ibu Sari di sebelah kiri rumahku membuat rumahku kini diapit oleh rumah-rumah kosong. Kali ini aku akan menceritakan rumah kosong di samping kananku. Rumah dengan cat kuning yang telah memudar dan atap kanopi yang sudah ambruk ditambah rumput panjang yang ada dimana-mana.
Jujur aku selalu was-was kalau melewati depan rumah ini malam-malam, kadang siang pun begitu juga sih. Makanya itu aku lebih suka berjalan yang melewati depan rumah Ibu Sari dibanding dengan jalan di depan rumah ini karena hawanya yang aku rasakan selalu berbeda.
Aku masih ingat pada pemilik rumah ini, yaitu Ibu Tiara yang tinggal bersama suaminya yang aku lupa namanya dan juga kedua anaknya. Ketika aku masih kecil dulu, aku sering diberi mainan oleh suaminya. Pekerjaan suaminya adalah seorang pelaut, dia sangat jarang berada di rumah. Sekalinya pulang, ia membawa mainan untuk kedua anaknya dan juga untukku padahal dua anak laki-lakinya dan aku jarang sekali bermain bersama karena waktu kecil aku lebih suka bermain sendirian. Mainan pemberian suami Ibu Tiara bermacam-macam, mulai dari boneka Barbie hingga peralatan masak yang kata orang tuaku mahal harganya.