"Terus apa yang lu lakuin?"
"Ya seperti biasa Ma."
"Denger musik?"
"Iya ma."
Irma adalah sahabat karibku di kelas bahkan kami duduk bersama. Aku selalu menceritakan hal-hal aneh yang aku rasakan kepada Irma. Kadang ia memahamiku, kadang juga ia mengernyitkan dahinya seolah-olah bingung atau tidak percaya dengan ceritaku. Tapi walaupun begitu, aku masih selalu bercerita kepadanya dan ia tidak pernah menolak untuk mendengarnya.
"Elo harus rekam suara itu dan tunjukkin ke orang tua lu Chel. Biar mereka percaya." balas Irma sambil mengunyah sepotong bakso.
"Rekam? Rekam gimana?"
"Ya rekam pakai handphone elo. Terus paginya elo tunjukkin ke orang tua elo."
Irma nampaknya memperhatikan aku kali ini. Rencananya itu bahkan tidak pernah terbesit dalam pikiranku.