Di Antara Rumah yang Kosong

Imajiner
Chapter #9

Chapter VIII: Cerita Rachel - Rekaman Suara

Malam demi malam aku menunggu kapan suara itu akan muncul lagi. Sudah satu bulan lamanya aku tidak mendengar suara itu lagi. Sampai-sampai di sekolah, aku selalu ditagih oleh Irma soal suara itu. Tapi nyatanya memang suara itu nggak pernah muncul lagi.

Sampai suatu malam ketika aku terbangun menarik selimut untuk menutup kakiku, tiba-tiba suara tersebut hadir.

"Astaga, suaranya muncul."

Dengan cepat aku langsung mengambil handphone yang ada di atas meja samping kasur dan langsung membuka aplikasi perekam suara.

Aku mendekatkan handphone ke tembok kamar yang juga sebagai sumber datangnya suara. Kali ini aku mendengar suara yang samar-samar. Sampai pada akhirnya terdengarlah..

"Oaaa.. Oa...."

Suara tangisan bayi terdengar dengan jelas dan membuatku lari terbirit -birit keluar kamar lalu menuju kamar orang tuaku sambil menangis tersedu.

"Mama... Mama..." jeritku sambil mengetuk pintu kamar.

Pintu kamar pun terbuka, aku langsung memeluk mama dengan erat.

"Mama, suara aneh itu ma.. Suara itu.." ujarku sambil menangis ketakutan.

Mama mencoba menenangkanku, sedangkan papa langsung menuju kamar. Tidak lama kemudian papa kembali dan berkata,

"Tidak ada apa-apa nak. Sungguh."

Aku tidak mendengarkan apa kata papa dan masih terus menangis. Mama pun mencoba menenangkanku juga.

"Sudah nak sudah. Papa biar tidur di kamar Rachel, Rachel tidur sama mama di sini." ujar mama.

Malam itu benar-benar menjadi malam yang menakutkan bagiku. Aku masih menangis karena syok mendengar suara itu. Suara itu benar-benar mirip dengan suara tangisan Raka, anak Ibu Sari dan Pak Reza. Suatu kebetulan karena kamarku memanglah bersebelahan dengan kamar anaknya.

Tapi kan mereka semua sudah pindah lama, lama sekali.

***

Pagi harinya aku langsung kembali ke kamar untuk berganti pakaian dan bersiap untuk sekolah. Sebelumnya aku mencari di mana handphoneku berada, hingga akupun menemukannya jatuh di kolong kasur. Rekamannya pun masih terus berjalan tanpa henti hingga akhirnya aku mematikannya.

Aku sebenarnya ingin mendengar rekaman itu namun perasaan aku masih tidak karuan. Aku pun memutuskan untuk mendengarkan rekaman itu bersama Irma di sekolah.

"Rachel, ayo sarapan." ujar mama.

Aku pun langsung bergegas mengganti pakaian dan menuju ke ruang makan.

***

Lihat selengkapnya