"Bang, nasi goreng ayam satu ya bang. Yang Pedes, dibungkus."
"Oke neng."
Gue memesan nasi goreng ayam selepas pulang kuliah sebelum pulang ke kost karena gue paling males kalau gue udah sampe kamar terus keluar lagi. Malas aja rasanya, mending gue mampir dulu, apalagi lokasi tukang nasi goreng ini melewati arah kost gue.
Seperti biasa gue duduk menunggu sambil diselingi membuka handphone.
"Mas Heru, biasa ya."
"Oke Neng Rachel."
Cewek yang baru memesan itu lantas menunggu persis di depan gue. Gue sering lihat cewek ini memesan di sini. Bahkan dia udah kenal lebih dulu sama tukang nasi gorengnya. Apa jangan-jangan dia temen satu kost yang gue enggak tahu ya?"
"Misi mbak," tanya gue ke dia.
Ia melihat ke arah gue dengan tajam, sepertinya kaget dengan gue yang bertanya tiba-tiba.
"Iya?"
"Ehm, mbak ngekost juga ya?"
"Ngekost? Enggak." balasnya ketus.
"Ketus amat ini cewek. Padahal gue nanyanya baik-baik." ujar gue dalam hati.
"Oh, saya kira mbak ngekost. Soalnya saya sering lihat mbak ke sini."
"Nggak kok mbak. Mbak ngekost emangnya?"
"Iya mbak saya ngekost. Di Pak Broto."
Ketika gue bilang Pak Broto, tatapannya berubah, seakan melunak dan akhirnya kami berdua saling berbincang-bincang.
"Oh, Pak Broto. Kalau saya tinggal persis di depannya."
"Oh rumah yang sampingnya rumah-rumah kosong itu ya?"
"Betul mbak."
"Oh begitu, kenalin gue Dini."
"Aku Rachel mbak."
Kami berdua pun bersalaman layaknya teman baru.
"Kuliah juga mbak?" tanya gue.
"Kuliah? Saya masih SMA mbak."
Jujur awal gue ketemu Rachel, gue pikir dia anak kuliahan seperti gue karena mukanya yang nggak terlihat kalau dia seorang anak SMA.
"Oh, masih SMA. Saya kira kuliah."
"Waduh, jadi kakaknya kuliah nih?" tanya Rachel yang sepertinya langsung sungkan dengan gue.
"Udah panggil gue Dini aja Chel."
Tanpa disadari, kami terus asyik mengobrol sembari menunggu pesanan nasi goreng pesanan kami.
"Sudah lama kak di kostannya Pak Broto?"
"Kok kak, kak terus. Muka gue emang tua banget ya?"
"Eh iya, Din, Dini maksudnya. Sudah lama ya Din tinggal di sana?"
"Baru dua minggu Chel gue di sana. Makanya gue kira elo teman satu kost gue."
"Oh begitu Din. Terus betah di sana?"
Belum sempat gue menjawab, ternyata pesanan nasi goreng gue sudah jadi.
"Ini neng, nasi goreng ayamnya sudah jadi."
"Oh iya bang. Berapa bang?"
"limabelas ribu neng."
"Sama yang Rachel juga ya bang."
"Eh, nggak usah kak Dini." semprot Rachel.
"Udah Chel, nggak apa-apa. Anggap aja perkenalan." ujar gue sambil cengegesan.
Rachel terlihat pasrah dan akhirnya menerima kalau gue bayarin nasi goreng pesanannya.
"Tigapuluh Ribu neng."
Gue pun membayar dan abang nasi goreng ini pun melanjutkan memasak pesanan Rachel.
***
Gue berjalan pulang ke kost bersama Rachel, di sepanjang jalan kami ngobrol-ngobrol walaupun tak seantusias ketika di tukang nasi goreng tadi.